Arsip Tag: shanti sutra

Shanti Sutra

Prakata

 Meditasi yang berkesinambungan di dalam keheningan alam ternyata mampu mendatangkan inspirasi seni dan spiritual secara berkesinambungan. Juga, semua itu tentu saja sesuai dengan intuisi paling dalam dari yang bermeditasi. Di bawah ini hasil-hasil renungan dalam meditasi kami tuangkan dalam bentuk wacana-wacana spiritual agar dapat juga diresapi oleh yang berminat. Sebagian besar dari bisikan-bisikan ini telah beredar melalui sms dari Shanti Griya Ganesha Pooja ke para teman-teman, sahabat-sahabat dan mereka-mereka yang merasa adalah bagian dari Shanti Griya G.P. Bisikan-bisikan ini telah puluhan tahun merasuki diri dan menuntun penulis ke status-nya pada saat ini. Hampir semua wacana-wacana ini bersifat universal, walaupun tentu saja ada yang bersumber pada kaidah-kaidah Dharma yang dianut oleh penulis.

 

“Kadang-kadang kata-kata ini mengalir begitu saja di/waktu mandi, berenang, olah raga, bermeditasi, membaca buku, bahkan terinspirasi dari kata-kata para sahabat. Mudah-mudahan semua ini dapat menjadi pedoman spiritual kita dan dapat dibagi-bagikan kepada yang memerlukannya. Om Shanti Shanti Shanti Om.

Sabda-sabda Guru Jati Diri  yang hadir dalam pemikiran dan meditasi kami :

 

“ Bangunlah dengan Dharma,
bernafaslah dengan dharma,
bekerjalah dengan dharma,
agar Sang Dharma jadi rekan hidupmu sehari-hari”

“Orang yang paling kaya di dunia ini adalah yang mampu memberikan dan mengorbankan apa saja bagi sesama mahluk dan manusia, walaupun itu seminimal mungkin.

Orang yang paling miskin di dunia ini adalah yang selalu meminta-minta kepada yang lain-lain dan ke Tuhan walaupun sebenarnya sudah berlimpah dan bergelimangan harta”.

“Konon di suatu masa zat Yang Maha Agung itu berkenan mereproduksi Dirinya  menjadi Jagat Raya dan segala isinya. Sayang banyak manusya tidak sadar bahwasanya mereka adalah bagian-bagianNya juga”.

“Setiap orang mendambakan rasa keadilan, buah keadilan harus dicapai dengan belajar menghargai diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita”.

“ Kalau anda menginginkan kesuksesan, maka ciptakan dan rintislah jalan ke arah kesuksesan tersebut. Kesuksesan tidak datang melalui mimpi-mimpi yang indah.

“Agar tetap ceria dan bersemangat menjalani kehidupan yang rumit dan misterius ini, maka anda perlu sering-sering beristirahat, merenung, berekreasi, bermeditasi dan membagi-bagi kasih sayang kepada semuanya di sekitar anda”.

“Tidak penting asal-usul anda yang penting apa dan siapa anda pada saat ini”

“Sahabat-sahabat yang baik, aktivitas yang baik, dan doa-doa yang baik merubah seseorang menjadi pemimpin-pemimpin yang baik di kawasannya.

“Bagi yang optimis setiap rintangan pasti ada jalan keluarnya, bagi yamg pesimis semua jalan keluar penuh dengan rintangan”.

“Hanya orang-orang yang telah tercerahkan saja yang faham akan permainan sang pikiran dan dampak-dampaknya di segala aspek”.

“Harta benda yang paling mulia yang dimiliki seseorang adalah harta dalam bentuk kesadaran demi kebenaran”.

“Seluruh ciptaan berasal dari Anugrah, Sang Anugrah menunjang semesta jagat raya ini.”

“Kita mengerti akan kehadiran kita dimana-mana, namun kita selalu tidak pernah faham mengapa kita hadir dimana-mana”.

“Pendidikan yang beradab diperlukan pada zaman ini, Peradaban yan mendidik menjadi dambaan masa kini dan masa depan seluruh anak-anak bangsa-bangsa di dunia ini”.

“Diperlukan dua tangan untuk mengangkat sesuatu yang berat, diperlukan dua sayap kuat untuk terbang, diperlukan dua sumpit untuk bersantap, demikian juga dibutuhkan dua hati yang saling menyayang dan saling bekerja sama ‘tuk hasilkan kasih sayang yang sejati”.

“Kadang-kadang kita harus tersesat dulu di jalan yang salah, dan akhirnya menemukan bahwasanya kebenaran ternyata tersembunyi di sana”.

“Cobalah beriman kepadaNya dengan santai, jauhilah formalitas rutin yang mahal dan ekslusif, maka akan hadir nilai-nilai spiritual pribadi pembuka akal budi dan gairah hidup yang kreatif, indah, positif dan dharmais”.

“Kebodohan (awidya) dimulai sewaktu seseorang tidak mau memahami makna kehidupan itu sendiri”.

“Barang siapa menabur benih-benih kebahagiaan di halaman rumahnya, maka ia akan menghasilkan hutan kesentosaan di sekitarnya”.

“Wahai para dewata dan Yang Maha Esa, berikan aku jasmani yang sehat,agar pada akhir hayatku, kedua mataku dapat diberikan kepada anak-anak  yang memerlukannya, agar mereka dapat menyaksikan indahnya cahaya Sang Surya. Berikan organ-organ tubuhku kepada  pemuda-pemuda yang memerlukan agar mereka dapat melanjutkan hidup mereka. Semoga dikau kabulkan doa orang yang bodoh ini. Om Tat Sat”.

“Wahai Tuhan Yang Pengasih jangan berikan aku pelita seandainya aku masih berjalan ibarat seorang yang buta mata hatinya,jangan biarkan aku memujaMu jika Dikau tidak hadir di dalam diriku setiap saat”.

“Konon katanya kematian itu adalah wahana dan sarana bagi kita untuk beristirahat sejenak dari suka duka ini. Tetapi aduh Gusti, mengapa malahan banyak yang menghindari rehat yang satu ini”.

“Banyak yang mencari-cari hakekat akan hadirnya semesta dan kehidupan ini, tetapi penjabaran akan hal ini tetap tertutup oleh kabut misteriNya”.

“Dengan mencintai bumi dan segala ciptaan-ciptaan maka kita akan bersahabat dengan Sang Pencipta. Cintailah semua itu seperti engkau mencintai dan menghormati dirimu, maka Sang Pencipta akan menjadi Kekasih dan Pelindungmu”.

“Budi daya dan jalan pikiran manusya telah mampu menciptakan berbagai hasil enovasi tehnologi yang menakjubkan (devaik), tetapi pada saat yang sama manusya juga telah menciptakan kehancuran di muka bumi ini, karena tidak sesuai dengan hukum- hukum alami (asurik)”.

“Seandainya sebuah senyuman dapat mengangkat sebuah beban, maka seribu senyuman seyogyanya dapat mengangkat sebuah gunung”.

“Satu kali senyum curiga hilang, dua kali senyum jadi sahabat, tiga kali senyum hati penuh damai, empat kali senyum beban jadi ringan, lima kali senyum rezeki datang, enam kali senyum semua jadi senang, setiap saat senyum Tuhanpun berbahagia dan berkenan”.

“Seandainya kasih tanpa pamrih ke sesama adalah sebuah bentuk ahimsa, maka ekspresinya adalah bakti kepada semua yang membutuhkannya. Seorang manusya melalui sentuhan ahimsa ini dapat mencapai status Resi Wyasa, Buddha, Mahavira, Kristus, Kwan Im, Krisna, dst.

“Tidak ada itu agama-agama dan kepercayaan lain kalau hanya hadir satu Tuhan YME. Tidak ada itu sorga, neraka atau akhirat (pralaya), kalau semua itu dapat kita rasakan di dunia ini”.

“Kita dan segala ciptaan-ciptaanNya di semesta yang maha luas ini adalah suatu Kesatuan yang manunggal dan terjalin rapi satu dengan yang lain secara berkesinambungan ke Sang Pencipta. Tidak ada hal lain selain kebenaran itu”.

“Siapa dahulu? Tuhan atau manusya? Menurut sastra-sastra widhi yang disucikan, maka Tuhan hadir pada mulanya, namun tanpa manusya maka unghapan-ungkapan akan Tuhan tidak akan pernah ada”.

“Sebenarnya setiap manusya seberapapun miskinnya mampu memberi. Barangsiapa hanya dapat menerima tanpa membagi-bagikannya kepada sesama mahluk dan manusya-manusya lain, disebut sebagai pencuri”.

“Tuhan memberikan empat keranjang dan memintaku untuk memilih salah satu. Setiap keranjang masing-masing berisikan emas, permata, US Dollar, dan senyuman-senyuman. Aku berlagak bijaksana dan mengambil seperempat dari setiap keranjang dan Tuhanpun tersenyum aneh _ aku langsung berubah pikiran dan hanya mengambil keranjang penuh senyuman. Tuhanpun tersenyum, tersenyum dan tersenyum indah menawan”.

“Sishya     : Manusia agung itu ciri-cirinya seperti  apa?
Guru         : Seperti seorang ibu.
Sishya       : Lalu bagaimana dengan para resi
nabi-nabi, para mahatma, dst?
Guru          :Mereka juga dilahirkan dan dibesar
oleh seorang ibu, jadi ibu tetaplah
yang teragung di antara jajaran
manusya dan dewata. Mantram pertama
diturunkan oleh ibu jagat raya dan
disebut Maha Gayatri Mantram
“Itulah ibu semua mantram di dunia ini,
itulah awal mula kehidupan di dunia
ini, bukan para resi dan nabi”.

“Kehidupan ini kehilangan gairahnya sewaktu seseorang kehilangan imannya, sadarilah akan potensi dashyat yang hadir di dalam dirimu, galilah melalui keheninganmu, karena Ia hadir di kedalaman nuranimu yang paling dalam (guhayam).

“Sewaktu aku merasa memiliki sesuatu, ternyata aku tak memiliki apapun juga. Sewaktu aku merasa tidak memiliki apapun juga, maka semua menjadi milikku”.

“Manusya berperang demi tanah dari masa ke masa, jual beli tanah, memperebutkan tanah, namun selamanya tidak akan mampu menciptakan tanah, malahan akhirnya akan kembali ke pangkuan tanah”.

“Kadang-kadang persahabatan yang tulus terjalin dari jarak jauh, namun sering sekali permusuhan malah hadir di jarak yang amat dekat, bahkan dalam selimut kita sendiri”.

“Ya Tuhan , terima kasih untuk segala caci-maki, fitnah-fitnah dan derita yang di arahkan kepada diri ini. Seandainya Dikau hadir pada setiap jiwa, maka semua ini pastilah teguran-teguran dariMu semata dan aku bersyukur pada setiap kehendakMu”.

“Kadang- kadang kita harus bersikap cerdik seperti Krisna, ksatriya seperti Arjuna, Ahimsa seperti Budha, penuh pengorbanan seperti Kristus, penyayang seperti Theresia, pejuang seperti Gandhi, dan rendah hati seperti seekor kura-kura”.

“Ada saat-saat tertentu sebuah depresi spiritual yang dashyat akan melanda mereka-mereka yang sedang berjuang di jalan Dharma; Arjuna, Buddha, Yesus, Theresia, Vaswani, Vivekananda, juga telah mengalaminya. Juga kita akan mengalami semua itu!”.

“Seorang yang memiliki nuansa dharma yang sejati, tidak akan terpengaruh oleh agama-agama buatan manusia, ia akan bersikap universal dan sama rata kepada semua mahluk dan ajaran-ajaran di dunia ini. Baginya segala ritual dan dogma-dogma dalam setiap agama adalah bentuk-bentuk pemalsuan dan demi tujuan-tujuan tertentu saja, Dharma tidak dapat dijabarkan melalui kebodohan-kebodohan tersebut karena Ia adalah Kebenaran yang tidak memerlukan bukti-bukti apapun juga”.

“Sewaktu anda terlepas dari segala ikatan maka lalu Tuhan mengikatkan Dirinya kepada dirimu”.

“Tiada kelahiran maupun kematian. Keduanya itu ibarat pagi dan malam, senantiasa berdampingan, dan rehat di kala subuh dan senja, kemudian berulang-ulang lagi untuk menunaikan tugas-tugas yang belum terselesaikan”.

“Pengalaman dan sejarah Ketuhanan sangatlah kompleks dan beraneka ragam pada setiap kebudayaan manusia, semua itu menunjukkan Ketuhanan itu bersifat multi aspek yang kemudian lalu membentuk suatu kesatuan yang bersifat Kebinekaan universal”.

“Tanpa upaya-upaya manusya, maka alam tidak akan bereaksi. Tanpa kehendak alam maka manusya tidak akan mendapatkan anugrahNya.

“Tanpa doa-doa dan bakti-bakti kebajikanmu, alam tetap saja berfungsi. Namun tanpa alam engkau tidak akan pernah eksis bahkan tidak akan mampu berfungsi. Jadikanlah alam sebagai pedoman, guru, ayah-bunda, dan Tuhanmu, wahai manusya”.

“Ketika kemanusiaan bersinergi dengan alam sekitarnya, maka bumi dan seisinyapun mekar merekah. Jika kemanusyaan itu melentur, maka rakyatnya sengsara karena alam bereaksi dan panen-panenpun gagal, sumur-sumur kering kerontang, bumi luka parah; Kemanusyaan itu seharusnya selaras dengan kaidah-kaidah alam yang teramat Ilahi (Bhagawatam)”.

Barangsiapa berpikir dan bertindak untuk dirinya sendiri disebut egois (iblis), barangsiapa memperhatikan juga keluarga, tetangga, mahluk-mahluk lain, fauna flora dan alam sekitarnya disebut berprilaku deva, ibarat Pertiwi dan Tuhan itu sendiri yang senantiasa membagi kasih-kasihnya kepada semua tanpa batas-batas dan perbedaan-perbedaan”.

“Setiap hari adalah hari untuk introspeksi diri. Hari untuk menganalisis baik buruk dampak perbuatan kita sehari-hari pada diri kita dan semuanya di sekeliling kita. Hal ini disebut memiliki budaya kesadaran”.

“Ada seorang pria yang teramat alim dan hidup sebagai seorang selibat (tidak pernah kawin, brahmacarya). Ia berdoa ke Tuhan pada akhir hayatnya agar pada kehidupan selanjutnya ia selalu di anugrahi selangkangan wanita. Tuhan Yang Pengasih dan Maha Mendengarkan lalu mengabulkannya. Pria tersebut selalu lahir kembali jadi softex dari waktu ke waktu”.

“Softex (atau pembalut wanita) adalah penjelmaan Dewa Pembersih Wanita yang bersifat tanpa pamrih dan selalu tewas berdarah-darah, lalu dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, padahal awalnya ia amat dibutuhkan para wanita. Namun softex senantiasa mati bahagia tanpa menuntut apapun juga. Apakah anda dan saya dapat berkorban seperti softex ini?”.

“Tuhannya Israel disebut “Aku adalah aku”. Ribuan tahun sebelumnya weda-weda menyatakan: Aham Braham Asmi (Aku adalah Tuhan). Sufi-sufi Islam berwacana secara tulus; Ana-ul-Haq (Aku adalah Hakikat). Yesus bahkan menunjuk dadanya dan bersabda: “Kerajaan Tuhan itu hadir di dalam dirimu”, Upanishad menyebutnya Guhayam (nurani yang paling dalam)”.

“Lawan dari miskin bukan kaya, tetapi ego yang tidak terkendali. Penggallah ego ini dan dikau akan jatuh miskin. Miskin berarti sederhana. Dan kesederhanaan pikiran dan prilaku adalah anak tangga pertama ke arah anak-anak tangga spiritual yang tertinggi (Dharma).

“Seseorang yang sehari-hari berprilaku baik juga dapat terjerumus ke lubang keburukan seandainya ia terliput oleh awidya (kebodohan), dan awidya ini selalu hadir dalam keserakahan, ego, benci, dendam, kekecewaan dan kurangnya pengendalian pikiran-pikiran yang seharusnya seimbang”.

“Tahukah anda api obor pesta olah raga berasal dari pemujaan Zarathusthra (Zoroaster) ke Agni. Agni hadir sebagai dewa utama di Rig weda. Ternyata para ahli mengkonfirmasi bahwasanya Hindu Dharma telah berdampak pada agama Yunani. Bukan saja sebagian dewa-dewi Yunani identik dengan dewa dewi Hindu. Tetapi upacara Agni-hotrapun telah diadopsi menjadi obor perdamaian. Obor api ini melambangkan peleburan ego dan kemenangan para pahlawan-pahlawan Yunani di masa lalu. Di Hindu Dharma Agni-Hotra bersifat pengorbanan diri ini, dan mantra utamanya adalah Swaha (dengan ini aku korbankan diriku kepadaMu). Dan seluruh dunia larut merayakannya tanpa batas agama dan ras. Ini menunjukkan hadirnya Dharma dalam Agni (pencerahan, penerangan universal).”

“Seorang pahlawan juga harus mati pada akhirnya, apakah itu secara alami maupun ditengah-tengah atau di akhir perjuangannya. Seorang pahlawan kebenaran itu telah “dikawinkan” dengan Sang Maut, yang kemudian mengantarkannya ke strata spiritual berikutnya yang mungkin disebut moksha”.

“Ilmu air mengatakan, “mengalirlah dalam kehidupan ini seperti air”. Banyak orang lalu “berperahu” dan mengikuti arus, tetapi sebagian mungkin lupa bahwasanya perahu itu dapat saja bocor, terbalik, rusak dan terdampar entah sampai kemana. Namun air itu sendiri setelah berkelana ke sana-sini menjadi kotor, lalu akan tetap ke samudra diasini laut dan kemudian menguap menjadi murni kembali seperti semula”.

“Sewaktu melakukan hubungan seks, maka pasangan akan menyatu dalam kesatuan klimaks yang disebut orgasme. Demikian juga sewaktu jiwa-raga dan Atman bersatu, maka hadirlah klimaks yang disebut Ananda (keheningan Bhagawatam), disitu tidak ada pria-wanita, jiwa atau raga, yang hadir adalah sebentuk kasih Bhagawatam (Prema) yang universal bagi sesama, Kasih ini sulit dijabarkan dengan kata-kata biasa”.

“Sewaktu seorang teroris dihukum mati, maka sebagian dari kita beryukur. Tapi kita lupa sudah beberapa kali kita sendiri menteror dan menyakiti sesama mahluk dan manusya sehari-harinya. Sudah beberapa binatang kita bantai dan santap baik atas nama agama maupun demi keperluan perut kita. Lalu nanti balasannya akan datang dalam bentuk apa? Yang pasti sewaktu jasad dikubur maka pertama-tama jasad tersebut akan disantap oleh cacing-cacing, bakteri dan lain sebagainya. Hukum karma langsung bereaksi, seterusnya hanya Dia Yang Maha Tahu”.

“Seseorang tidak akan bisa berpikir dan berprilaku yang benar secara spiritual jika ia “mengubur kepalanya  di dalam pasir “Ibarat burung onta, dan menolak menghadapi kebenaran, betapapun  menyakitkan dan mengerikan kebenaran tersebut”.