Arsip Tag: Bhagavad Gita Bab VII

Bhagavad Gita Bab VII

Bhagavat Gita Bab VII
Lingkaran manifestasi
|
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
Sloka 1.
Dengarkanlah olehmu, oh Arjuna, bagaimana mempelajari yoga dengan pikiran yang selalu terpusat kepadaKu, dan Aku sebagai tempat dikau berlindung, dengan demikian tanpa ragu-ragu lagi engkau mengenalKu secara utuh.
Sloka 2.
Seutuhhya akan Kuajarkan (Kubukakan) kepadamu apakah itu kebijaksanaan (gnana) dan apakah itu pengetahuan (vignana), yang setelah dipelajari, tak ada lagi hal-hal lainnya perlu untuk dipelajari Iagi.
Penjelasan : Bab ketujuh ini disebut yoga gnana dan vignana. Lalu apakah perbedaan antara gnana dan vignana ini? Mempelajari inti-sari dari Yang Maha Esa (Nirguna Nivakara Paramatman) adalah gnana; untuk mempelajari atau mengetahui “keajaiban” atau “permainan”-Nya adalah vignana.
Di dalam bab ketujuh ini akan kita pelajari tentang Yang Maha Esa (Para Brahman) dan tentang aspek-aspek manifestasiNya dalam bentuk manusia (Bhagavan), contoh: Sang Krishna dan Sang Rama; Pengetahuan tentang Brahman adalah gnana, dan pengetahuan tentang manifestasiNya, kekuatanNya, dan keajaibanNya disebut vignana. Dalam Bhagavat Gita Yang Maha Esa memanifestasikan DiriNya sebagai Sang Krishna dan langsung mengajarkan manusia ilmu pengetahuan (yoga) ini yang setelah dipelajari seseorang tak perlu lagi ia mempelajari ajaran-ajaran Bhagavat Gita dan meresapinya dengan benar akan lepas dari lingkaran dan alur-alur karmanya. Sayang sekali kalau kita mengabaikan ajaran ini dan tetap terikat pada hal-hal yang bersifat duniawi.
Sloka 3.
Diantara beribu-ribu manusia, belum tentu seorangpun berjuang untuk kesempurnaan, dan di antara yang berjuang dan sukses belum tentu seorangpun mengenalKu secara benar.
Penjelasan :
Seseorang yang benar-benar berdedikasi kepadaNya secara lahir dan batin atau secara total itu dapat dihitung jumlahnya dengan jari. Karena biasanya manusia itu lupa mengapa ia dilahirkan di dunia ini, yang mcnjadi ajangnya untuk mencapai Yang Maha Kuasa. Manusia kemudian tenggelam dalam ilusi Sang Maya, dan begitu ia sadar maka terasa perjuangannya ke arah Yang Maha Kuasa menjadi sulit, tetapi secara perlahan dan pasti kalau ia penuh iman, maka betapapun terjalnya perjalanan ia akan dituntunNya dengan baik dan suatu saat pasti sampai ke Tujuan yang abadi ini. Bahkan para dewa-dewa pun ingin menjadi manusia, karena hanya dengan mengalahkan raga beserta seluruh indra-indranya sajalah seseorang dapat mcncapaiNya. Sedangkan dewa-dewa itu tidak mcmiliki raga. Manusia yang memiliki raga malahan menyalah-gunakan raga ini dan melupakan nilai-nilai Iuhur yang sesungguhnya dari kehidupan yang dikaruniakan olehNya kepada kita semua. Seyogyanyalah kita memuja dan berdedikasi kepadaNya dan menjauhi nafsu-nafsu duniawi ini yang makin lama makin menjerumuskan seseorang ke dalam lembah yang tak ada ujungnya.
Sloka 4.
Bumi, air, api. udara. ether, pikiran, pengertian dan rasa “aku” adalah delapan bagian dari sifatKu.
Pejesan : Sang Krishna sekarang sedang menerangkan tentang DiriNya seperti apa adaNya.
Sifat-sifat (atau prakriti) Sang Krishna sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu sifat luar dan sifat dalam, di ajaran ini dikatakan terdiri dari dua sifat, yaitu sifat bagian bawah (rendah) dan sifat bagian atas (tinggi). Sifat atau prakriti yang rendah terdiri dari benda (apara-prakriti) yang terbagi dalam delapan unsur; yaitu tanah, air, api ether dan udara, dan tiga lagi, yaitu pikiran (mana), pengertian (buddhi) dan ego (ahankara). Kedelapan unsur ini semuanya dapat binasa, dan semua unsur unsur ini terdapat juga sebagai unsur-unsur inti dalam diri manusia, yang dengan kata lain dapat binasa juga.
Sloka 5.
lnilah sifatKu yang di bawah (rendah). Dan ketahuilah sifatKu yang lain, yang bersifat lebih tinggi kehidupan atau jiwa, dengan apa dunia ini ditunjang. oh Arjuna!
Penjelasan : SifatNya yang tinggi atau yang superior adalah yang disebut para-prakriti. yaitu Jiwa, yang jadi inti atau kekuatan atau penunjang hidup ini, yang terdapat dalam semua mahluk-mahluk ciptaanNya, yang menyatukan dunia ini; tanpa Sang Jiwa ini dunia ini tak akan ada. Sang Jiwa inilah sebenamya nafas dari kehidupan atau inti atau asal-mula dari semua mahluk di alam semesta ini (yonini bhutani).
Sloka 6.
Ketahuilah bahwa ini (Sang Jiwa) adalah asal-mula semua mahluk Aku adalah asal-mula seluruh alam semesta dan juga pemusnahnya.
Penjelasan : Semua benda dan mahluk dalam alam semesta ini datang dari Yang Maha Esa, tanpa Yang Maha pencipta ini tak akan ada apapun di dunia ini; Sang Maya adalah “Ibu” dan Sang Krishna adalah sebagai “Ayah” dari semua manifestasiNya ini. (“Akulah Sang Ayah yang meletakkan benih!”)
Ibarat cahaya Sang Surya yang datang dari Sang Surya tetap merupakan bagian dari Sang Surya, begitupun semua mahluk dan benda-benda di dunia ini adalah berasal dari Yang Maha Esa dan tetap merupakan bagian dariNya, merupakan sebagian dari cahayaNya. Setiap jiwa adalah sebagian cahaya dari Yang Maha Esa dan Yang Maha Esa adalah sumber atau inti dari setiap jiwa ini.
Alam semesta ini bergerak terus dalam gerakan melingkar atau memutar. Ada lingkaran manifestasi dan ada juga lingkaran kemusnahan kehidupan, dan semua itu terserah kepadaNya untuk mengaturnya sesuai dengan kehendakNya, ibarat awan yang lahir atau tercipta di angkasa, bergerak atau tinggal di angkasa, maka begitupun semua mahluk dan benda di alam semesta ini datang, tinggal dan kembali kepadaNya lagi. Dengan kata lain Yang Maha Esa itu Satu untuk semuanya dan hadir di dalam semuanya.
Sesuatu manifestasi bermula kalau Yang Satu ini menjadi dua, yaitu benda dan kehidupan (raga dan jiwa yang menyatu). Raga atau benda adalah bentuk fisik, sedangkan kehidupan adalah jiwa, dan semua mahluk yang ada dalam manifestasi akan bergerak dan hidup karena ada motornya, yaitu Sang Jiwa. Di mana ada permulaan kehidupan di situ kemusnahan akan kehidupan ini pun pasti akan datang, itu sudah hukumnya. Dan tahap-tahapnya adalah melalui tahap kanak-kanak, kemudian meningkat ke masa muda, masa tua dan masa di mana seseorang atau sesuatu harus binasa. Selama menjalani kehidupan maka hidup ini ibarat terisi oleh musim semi, musim kemarau, musim rontok dan musim dingin. Di musim dingin bekulah semua nilai-nilai moral dan keyakinan dan lain sebagainya terhadap yang Maha Esa, dan di musim dingin inilah Yang Maha Esa kembali meluruskan dan mencairkan yang beku ini keasalnya lagi dan mulailah lagi nilai-nilai luhur yang baru di musim semi yang kemudian datang menyusul.
Maka disebutlah bahwa alam semesta ini memiliki “pagi” dan “malam.” Di kala pagi bangkitlahkehidupan dengan segala aspek-aSpeknya seperti peradaban, kebudayaan, seni, ilmu pengetahuan, kerajaan, sejarah, dan lain-lainnya. Dan setelah pagi maka akan timbul malam yang berarti kehancuran dan kemusnahan dari segala sesuatu ini, di mana semua benda dan mahluk musnah kecuali mereka-mereka yang telah mengabdi kepadaNya tanpa pamrih. Mereka-mereka ini dibebaskan dari hidup dan mati, dan tak akan menyatu dengan manifestasi lagi atau bahkan dengan kebinasaan, mereka menyatu denganNya, Yang Maha Abadi. Dan begitulah cara PermainanNya (lila).

Sloka .7
Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dariKu, oh Arjuna! Semua yang ada di sini tertali padaKu. ibarat permata-mata yang teruntai disehelai benang.
. Sloka 8.
Aku adalah rasa segar di dalam air, oh Arjuna, dan cahaya dalam sang handra dan sang surya. Aku adalah Satu Kata Pemuja (M) di dalam semua Veda. Aku adalah suara di dalam ether dan benih kekuatan dalam diri manusia.
. Sloka 9.
Aku adalah wewangian yang sejati di dalam bumi dan warna merah di dalam bara api. Akulah kehidupan di dalam segala yang hidup dan disiplin yang amat keras di dalam kehidupan para pertapa.
Sloka 10.
Kenalilah Aku, oh Arjuna sebagai inti yang abadi dari semua mahluk. Aku adalah kebijaksanaan mereka yang bijaksana. Aku adalah kemegahan dalam setiap hal yang bersifat megah.
Sloka 11.
Aku adalah kekuatan dari yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Tetapi Aku adalah keinginan yang benar yang tak bertentangan dengan dharma, oh Arjuna.
Sloka 12.
Dan ketahuilah bahwa ketiga guna (sifat-sifat prakriti), ketiga tahap (sifat) setiap mahluk kesucian (sattvika), nafsu (rajasa) dan kemalasan (tamasa) adalah dariKu semata. Kupegang mereka semua, bukan mereka yang memegangKu.
Penjelasan : Yang Maha Kuasa adalah motor dari sifat-sifat alami ini (guna), tetapi Ia berada di atas sifat-sifat ini dan tak terpengaruh oleh mereka (sifat-sifat ini).
Sloka 13.
Seisi dunia ini terpengaruh oleh ketiga guna ini, dan tak mengenalKu yang berada di atas semuanya itu dan yang tak dapat berganti-ganti sifat.
Sloka 14.
Sukar benar, untuk menembus ilusi MayaKu yang agung ini. yng tercipta akibat sifat-sifat prakriti. Tetapi mereka-mereka yang mempunyai iman kepadaKu semata. akan berhasil menembus ilusi ini.
Penjelasan :
Manusia kebanyakan tertipu oleh ilusi Sang maya yang juga adalah ciptaan Yang Maha Esa, sehingga manusia lebih mementingkan obyek-obyek duniawi dan dunia ini sendiri. Bagi kebanyakan manusia maka harta-benda, kekasih, keluarga dan milik maupun kehormatan dianggap nyata dan seakan-akan sudah menjadi milik mereka secara abadi yang tidak dapat diganggu-gugat atau dipisahkan lagi dari sisi mereka. Lupalah kita bahwa dengan berpendapat seperti itu maka makin lama kita makin jauh dariNya, Yang Maha Nyata dan Maha Abadi. Terikatlah kita makin lama dengan isi dunia ini, tetapi Yang Maha Kuasa selalu memberikan berkahNya, karena di dunia ini masih saja ada manusia-manusia yang beriman kepadaNya, dan manusia-manusia semacam ini dapat berhasil menembus tirai ilusi dan bersatu denganNya.
Sloka 15.
Mereka yang (gemar) berbuat dosa, yang telah tersesat, tenggelam ke bawah dalam evolusi manusia ini, mereka yang pikiran-pikirannya telah terbawa jauh oleh kegelapan, dan telah memeluk sifat-sifat iblis -mereka tidak datang kepadaKu.
Penjelasan :
Mereka yang telah bertekuk-lutut dihadapan ilusi Sang Maya, akan makin jauh
diseret dari Yang Maha Kuasa, dan makin lama makin rengganglah jarak antara mereka ini dengan Yang Maha Esa. Sedangkan mereka yang ingin ke jalanNya harus secara total menyerahkan semua milik mereka dalam ilusi ini secara tulus kepadaNya. Dan ini berarti menyerahkan dengan mental yang tulus semua milik duniawi seperti anak-anak, istri, kekasih yang tercinta, harta-benda, raga, pikiran, ketenaran, kemashyuran, dan lain sebagainya, dan menjadikan semua itu ibarat sesajen atau pengorbanan untukNya, tanpa pamrih. Pemuja seperti inilah yang akan dibimbing untuk keluar dari ilusi dan kegelapan Sang Maya, Ilusi yang diciptakanNya sendiri untuk mcnyeleksi “bibit-bibit unggul ciptaanNya juga.”
Sloka 16.
Ada empat golongan manusia beriman yang memuja Ku: manusia yang menderita, manusia yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan. manusia yang menginginkan harta-benda dan manusia yang bijaksana, oh Arjuna!
Penjelasan :
Yang Maha Kuasa (Sang Krishna) membagi pemuja-pemujaNya dalam empat
kategori acau golongan, dan mereka semua ini dianggap bersifat baik atau beriman.
Mereka-mereka ini tcrdiri dari para bhakti (pemuja) scpert berikut ini:
a. Para artha-bhakta -mereka yang hidupnya menderita dan memohon perlindungan kepadaNya.
b. Parajignasu-bhakta -mereka-mereka yang memujaNya agar mendapatkan kesadaran dan pcnerangan Ilahi. Parajignasu ini tidak memerlukan harta-benda atau kenikmatan duniawi, bagi mereka yang panting adalah penerangan Ilahi.
idup mereka ini amat sederhana dan selalu mencari guru yang dapat mengajarkan mereka ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa. idup mereka adalah pemujaan tanpa henti-hentinya kepada Yang Maha Esa.
.Para arrhaarthi-bhakta yaitu mereka-mereka yang memujaNya demi suatu sukses dalam hidup mereka seperti sukses dalam pekerjaan, atau untuk mendapatkan harta-benda, kedudukan dan kebahagiaan duniawi yang beranekaragam sifatnya, bahkan demi untuk mendapat kebahagiaan sorga-loka setelah kematian mereka. Tetapi mereka-mereka ini bukan tipe manusia perusak mahluk sesamanya. Mereka memujaNya tanpa henti demi kesuksesan duniawi belaka, tetapi juga memujaNya dengan penuh kepercayaan.
D. Pafa gnani-bhakra -mereka yang bijaksana dalam segala-galanya. Dalam setiap mahluk, bangsa, negara, suku dan agama, dalam diri nabi-nabi dan orang suci, maka terdapatlah kaum bijaksana yang sudah melupakan ego duniawinya, dan yang mereka miliki hanyalah Ia dan Ia semata, dan Ia hadir dalam segalagalanya tanpa kecuali. Bhakta semacam ini telah meresap ke dalam Yang Maha Esa dan bertindak sesuai dengan kehendakNya semata. Bagi seorang yang bijaksana dunia ini adalah manifestasi dari Yang Maha Esa dalam bentuk alam scmesta beserta segala isinya. rang-orang yang bijaksana ini merasakanNya dalam rasa air yang mereka minum. MelihatNya sebagai cahaya abadi dalam rembulan dan matahari, melihatnya sebagai ajaran agung dan suci di dalam Veda-Veda. MelihatNya sebagai kata inti “M” dalam setiap pustaka suci. Ialah inti dari ether, kejantanan dalam diri laki-laki yang perkasa. Di juga yang menjadi inti dan wewangian yang sejati atau asli di dalam bumi (bumi ini dianggap keramat dan suci oleh orang indu). Ia juga menjadi inti dari api, dan segala galanya yang hidup dan bergerak. Ia juga sifat disiplin yang ketat dan keras para pertapa dan para resi. Ia juga akal sehat dan buddhi
dari orang-orang yang bijaksana. Pokoknya tidak ada sesuatupun yang lepas dari Yang Maha Esa, Ialah sumber dan segala-galanya di alam semesta ini, Ia juga Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih dan Pecinta semua mahluk ciptaanNya ini. (rang-orang indu mempunyai seribu nama untuk Tuhan Yang Maha Esa).
Sloka 17.
Di antara mereka ini, ia yang bijaksana (gnani), yang hidup dalam suatu kesatuan yang konstan dengan Yang Maha Suci, yang dedikasinya terpusat ke satu arah, adalah yang terbaik. Aku paling dikasihinya dan Aku pun paling mengasihiNya.
Penjelasan : Di antara keempat tipe pemuja, Sang Krishna hanya mengutamakan salah satu saja sebagai yang terbaik, karena ketiga lainnya lagi memujaNya dengan motif motif dan keinginan-keinginan tertentu. Mereka ini sebenarnya terbius oleh obyek obyek duniawi dan terlelap dalam ilusi Sang Maya. Sebaliknya seorang gnani(yang bijaksana) mengasihi dan bekerja untukNya tanpa pamrih.
Kebijaksanaan atau gnana ini adalah pencetusan atau emansipasi yang amat khusus sifatnya. Bagi seseorang yang telah mencapai gnana atau kebijaksanaan ini, maka akan terlihat beberapa sifat-sifat khususnya seperti :
a. Lepasnya orang ini dari berbagai rasa sensasi.
b). Orang bijaksana ini tindak-tanduknya dan pikirannya berada jauh di atas hal hal duniawi pada umumnya seperti logika, mekanisme yang berlaku secara umum, bentuk, intelek, dan,
c). Orang ini langsung memasuki cara hidup yang tinggi, yaitu suatu situasi yang penuh denngan kesatuan dengan Yang Maha Esa, tenang dan damai. Baginya tak nampak sesuatu apapun selain Yang Maha Esa, Inti dari segala-galanya di alam semesta ini beserta seluruh aspek-aspekNya. Ia pun sadar bahwa semua mahluk dan benda bergerak dan bertindak sesuai dengan ketiga sifat alam (Prakriti), dan Yang Maha Esa adalah Inti dari semua itu, tetapi Ia tetap di atas semua itu. Semuanya datang dan pergi tetapi Yang Maha Esa abadi dan tetap ada selama-lamanya. ‘
Sloka 18.
Semua (pemuja) ini agung, tetapi Kutegaskan bahwa pemuja yang bijaksana adalah sebenarnya DiriKu Sendiri. Karena setelah harmonis secara sempuma, ia memandangKu sebagai Tujuan Nan Agung.
Sloka 19.
Pada akhir berbagai kelahiran, seseorang tumbuh menjadi bijaksana dan datang kepadaKu, mengetahui bahwa Tuhan (Vasudeva) adalah semuanya ini. Mahatma (jiwa yang besar) semacam ini sukar didapatkan (di dunia ini).
Penjelasan :
Sang Krishna dengan rendah hati tetap memandang pemuja-pemujaNya yang lain sebagai agung, tetapi sekaligus menegaskan bahwa pemuja yang bijaksana adalah ibarat DiriNya Sendiri. Kedua-duanya, yaitu sang pemuja yang bijaksana dan Yang Maha Esa adalah yuktaatma (yaitu, kembar tetapi satu). Yang Maha Esa mencintainya dan ia pun mencintai Yang Maha Esa.
Orang bijaksana (gnani) semacam ini disebut seorang tatva-gnani atau mahatma, Yaitu seorang yang berjiwa sangat agung (besar). dan adalah amat sukar untuk mendapatkan seorang mahatma di dunia ini. Seorang mahatma adalah produk dari evolusi yang panjang. Ia adalah ibarat buah matang akibat kelahiran yang berulang ulang, jatuh-bangun dalam berjalan (yatra) sucinya ke arah Yang Maha Esa. Dan Sambil membersihkan antah-karannya ia melanjutkan dedikasinya kepada Yang Maha Esa. Pada suatu
saat Ia dengan karuniaNya akan berubah menjadi seorang mahatma.
Sloka 20.
Tetapi mereka yang kebijaksanaannya telah terbawa oleh keinginan-keinginan (nafsu-nafsu) berpaling pada dewa-dewa yang lain, mengikuti berbagai upacara (dan peraturan). yang terpusat pada sifat-sifat mereka sendiri.
Sloka 21.
Apapun bentuk yang ingin dipuja oleh seseorang pemuja dengan kepercayaannya – maka kepercayaan tersebut akan Kuteguhkan tanpa ragu ragu.
Sloka 22.
Dengan dasar kepercayaan itu, ia kemudiaan mencari dan memuja bentuk tersebut, dan dan’nya Ia mendapatkan apa yang diingininya, tetapi manfaatnya hanya Aku yang menentukan
Sloka 23.
Tetapi orang-orang yang berpikiran pendek ini hanya mendapatkan hasil yang bersifat sementara saja. Mereka ini, pemuja para dewa akan pergi ke dewa dewa. Tetapi yang memujaKu pemuja-pemujaKu akan datang kepadaKu.
Penjelasan :
Sang Krishna sendiri mengakui bahwa ketiga tipe pemuja yang memujaNya dalam bentuk dewa-dewa dan dengan tujuan pribadi tertentu bukan berarti orang yang tidak baik. BagiNya itu hanyalah suatu proses saja, setelah beberapa kelahiran maka pemuja-pemuja ini pada suatu saat akan langsung memujaNya juga pada waktunya nanti. Memuja para dewa sebenamya adalah pemujaan terhadapNyajuga tetapi secara tidak langsung dan salah, karena berdasarkan pada motif-motif pribadi. Seharusnya diketahui bahwa dunia para dewa ini terbatas masanya, dan para dewa dewa itu juga terbatas mandatnya dari Yang Maha Esa.
Maka para pemuja dewa-dewa hanya mendapatkan hasil yang sementara saja sifatnya, tetapi para pemuja ini karena sering memuja dewa-dewa, maka setelah beberapa kehidupan mereka pun langsung meningkatkan pemujaannya ke arah Yang Maha Esa, dan pemujaan semacam ini hasilnya abadi dan tidak sementara. lnilah pesan yang harus dihayati. Yang memujaNya tanpa pamrih langsung menuju kepadaNya, Yang memujaNya dengan pamrih secara tidak Iangsung akan dituntunNya juga, tetapi melalui jalan yang berliku-liku dan lebih panjang, penuh dengan berbagai kelahiran dan kematian.
Sloka 24.
Mereka yang kurang pengertiannya (buddhl) mengenalKu -yang tak berbentuk ini sebagai berbentuk. Mereka tak kenal SifatKu Yang Maha Suci Yang Tak Dapat Binasa dan Teramat Agung.
Penjelasan :
Sang Krishna manifestasi dari Yang Maha Kuasa tak dapat dikenal oleh orang orang yang berpikiran cupat dan sempit, yang memandangNya sebagai seorang dewa atau manusia super yang dapat menghasilkan harta-benda duniawi dan keajaiban keajaiban. Mereka tidak melihatNya sebagai manifestasi Yang Maha Esa Yang Sebenarnya, Tanpa Bentuk Dan Tak Terbinasakan. Memang bagi yang memiliki nafsu dan keinginan duniawi Sang Krishna tak akan terlihat dalam ujud asliNya, karena mereka ini telah terbius oleh ilusi Sang Maya.
Sloka 25.
Terselimut oleh yoga-maya. Aku tak terlihat oleh semuanya. Dunia yang kacau ini tak mengenalKu, Yang Tak Pernah Dilahirkan, Yang Tak Terbinasakan.
Sloka 26.
Aku mengetahui. oh Arjuna, akan mahluk-mahluk yang telah lalu, yang terdapat sekarang ini, dan yang masih akan datang. Tetapi tak seorangpun mengetahui tentang Aku.
Sloka 27.
Setiap manusia dilahirkan dalam ilusi, oh Arjuna, terpengaruh oleh sifat dualisme yang bertentangan yang lahir dari keterpikatan (pada obyek-obyek) dan tidak terpikatan (pada obyek-obyek).
Penjelasan :
Dunia tidak mengenal Sang Krishna secara sejati, tetapi Sang Krishna, Yang Maha Esa, sesungguhnya mengetahui akan setiap hal, setiap mahluk yang ada pada masa silam, sekarang, dan yang akan datang. Bukankah semuanya datang dariNya juga? Bukankah Ia juga yang tak nampak tetapi bersemayam di dalam diri kita semuanya ini, dalam setiap mahluk ciptaanNya. Tetapi banyak yang tak sadar akan hal ini, karena telah terpengaruh sehari-hari oleh rasa dualisme, yaitu suka dan tak suka, punyaku dan bukan punyaku, panas dan dingin, untung dan rugi, dan lain segainya yang semuanya ini di atas disebut sebagai keterpikatan dan tak-keterpikatan akan obyek-obyek duniawi, yang semuanya sebenamya adalah ilusi Sang Maya.
Sloka 28.
Tetapi mereka yang bertindak secara murni. di mana di dalam diri mereka dosa-dosa telah berakhir. Lepas dari kegelapan sifat dualisme. memujaKu teguh dengan tekad mereka.
Sloka 29.
Mereka yang memintaKu jadi tempat-tempat mereka berlindung. berjuang demi kebebasan dan‘ usia tua dan kematian mereka mengenal Sang Brahman (Yang Abadi), mereka mengenal Sang Adhyatman (Sang Atman, Sang Jati Diri), dan mereka juga mengenal semua tentang karma (tindakan atau aksi).
Sloka 30.
Mereka yang mengenalKu sebagai Yang Esa ‘dalam setiap elemen (Adhibhuta), dalam setiap dewa (Adhidaiva) dan dalam semua pengorbanan atau persembahan (Adhiyagna) mereka ini yang telah harmonis pikirannya mengenalKu bahkan pada saat-saat kematian (mereka).
Penjelasan : Yang mengenalNya, yang mengenal Sang Krishna secara murni itu di dunia ini jumlahnya hanya sedikit. Mereka ini adalah orang-orang yang murni tindak tanduknya, bersih dari segala dosa dan telah lepas dari pengaruh dvandvas, yaitu rasa dualisme yang bertentangan. Mereka-mereka ini kenal dan tahu (1) Sang Brahman yang Maha Abadi, (2) Sang Atman (Adhyatman) dan (3) semua karma (tindakan dan akibatnya). Mereka pun mengenalNya sebagai Yang Hadir dalam setiap benda atau elemen (Adhibhuta), Yang Hadir dalam setiap dewa (Adhidaiva)
dan Yang Hadir dalam setiap upacara atau tindakan pengorbanan, sesajen, atau persembahan (Adhiyagna). Orang-orang yang betul-betul telah sadar akan ke EsaanNya Kemaha-TunggalanNya ini dalam setiap elemen atau unsur di alam semesta ini, betul-betul secara sejati memujaNya, tanpa pamrih!
Dalam Upanisad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga. dialog antara Sang Krishna dan Arjuna, maka Karya ini adalah bab ke tujuh yang disebut:
Gnana Vignana Yoga atau Yoga tentang ilmu pengetahuan mengenai Nirguna Brahman dan Saguna Brahman