Buddha dan Kristus

BUDDHA DAN KRISTUS

Budha
Budha

Ternyata banyak juga kesamaan, kemiripan yang hadir di antara agama Buddha (Buddha Dharma) dan para pengikut Kristus, apalagi dalam ajaran-ajarannya. Buddha pernah mengatakan jadilah ibarat lilin, dari satu lilin menyinari ribuan lilin-lilin yang lain. Di Bible ternyata hadir sabda-sabda serupa. Buddha selama mengembara menghidupkan yang mati, menyembuhkan ribuan orang yang sakit dan yang trance, dsb. Kristus bertindak serupa. Buddha amat sederhana, Kristus pun demikian. Ajaran Buddha amat mirip dengan ajaran kasihnya Sri Kristus. Di antara pengikut mereka hadir juga kebiasaan serupa seperti :
 Mencari makan dengan menerimanya dalam bentuk sedekah dari umat awam.
 Memakai pakaian sisa-sisa buangan orang lain, tanpa dijahit (mirip dengan Ihram).
 Menggunakan tasbih, sebuah tradisi dari Hindu yang disebut Ganatri.
 Tinggal dan belajar di bawah pohon pada waktu-waktu tertentu.
 Menyembuhkan luka dengan terapi air seni sendiri atau air seni sapi (tradisi yoga Hindu).
 Mengembara sambil mengajarkan agama/warta yang baik.
Pada era Buddhisme, agama dan ajaran ini mengalir masuk ke Timur-Tengah melalui Afghan. Banyak sekali terdapat Vihara-Vihara Buddhis sampai ke Iran dan Iraq, kata peneliti Pakistan yang berdomisili di Kanada, yang bernama Mohammed Hideyotollah (sekitar 110 ribu wihara Buddhis). Tidak mengherankan kalau hal ini berdampak juga ke ajaran Kristen dan Islam. Sampai saat ini sebenarnya arca-arca Buddha dan Hindu serta peninggalan arkeologi masih banyak terdapat di jazirah-jazirah ini tetapi lebih suka ditimbun kembali atau dimusnahkan karena khawatir masyarakat akan kembali ke ajaran-ajaran lama seperti sejarah masa lalu yang membuktikan demikian.
Sri Yesus sendiri, seperti halnya Sang Buddha amat menentang sistem kasta, dan seperti juga Sang Buddha, Beliau ini amat populer di kalangan rakyat jelata, baik di India maupun di Israel, musuhnya selalu kaum kasta tertinggi yaitu brahmana di India dan para rabbi di Israel.
Sri Yesus menurut para peneliti Hindu-Buddhis sangat mewakili karakter seorang Awatara atau Boddhistawa, yaitu personifikasi Ilahi. Jauh sebelum Kristus kembali ke Israel, Ia telah diterima dengan baik oleh masyarakat awam di India, Sindh (Pakistan), Kashmir, Tibet, Ladakh, Afghan, dsb sebagai seorang utusan Ilahi yang amat suci. Walaupun di barat ada usaha-usaha memodifikasi Injil seperti saat ini, tetap saja hadir lebih dari seratus ayat-ayat yang jelas-jelas berakarkan ke agama Buddha.

BUDDHA-YESUS SEBUAH ANALISA

Sri Buddha Gautama diyakini oleh umatnya sebagai seorang Boddhisatwa sekaligus Awatara dari Sri Wishnu, demikian juga halnya dengan Sri Rama dan Krishna yang juga awatara Hyang Wishnu pada era-nya masing-masing. Kelahiran berbagai awatara ini amatlah unik, karena senantiasa diikuti oleh berbagai fenomena-fenomena sakral yang penuh dengan mukzizat dan keajaiban yang menakjubkan. Kelahiran Sri Kristus mirip dengan kelahiran Sri Krishna (baca Srimad Bhagawatam dan Injil). Krishna dilahirkan di penjara karena Raja Kansa membantai setiap anak-anak laki yang lahir pada malam itu. Krishna sewaktu dilahirkan disaksikan oleh menjangan, merak dan sapi betina. Kristus dilahirkan di sebuah kandang sapi yang terpencil, karena malam itu Raja Herodes membantai setiap bayi laki-laki yang lahir. Kristus disaksikan oleh domba, kambing, sapi dan tiga orang Majus dari timur yang datang dengan onta-onta berpunuk satu (onta jenis ini hanya ada di Rajasthan(India) pada masa itu). Buddha terlahir sebagai seorang pangeran di Kapilavastu. Saat kelahirannya Ia langsung berjalan di atas daun teratai di kolam kerajaan. Semua kelahiran ini disertai cahaya Ilahi dan nyanyian-nyanyian sorgawi.
Cara mengajar kesemua tokoh ini mirip dengan sistem Upanishad, yaitu di bawah pohon. Buddha dan Kristus sangat mirip dalam banyak hal. Kristus dan Krishna sama-sama pernah menjadi gembala. Kristus adalah gembala domba, Krishna adalah gembala sapi dan kambing (Govinda).
Kata “Kris” pada keduanya berarti cahaya Ilahi. Kesemua awatara ini melakukan hal-hal yang menakjubkan seperti berjalan di atas air, menyembuhkan orang-orang yang mati, menggandakan makanan, dsb untuk umat yang terpesona dengan berbagai mukzizat daripada filosofi kehidupan yang tinggi. Contoh Sai Baba di abad ini, umat berbagai agama ke Beliau untuk mendapat kesembuhan, rezeki dsb. tidak untuk mendapatkan bimbingan spiritual yang agung.
Krishna, Buddha dan Yesus lahir sebagai reformis pada era masing-masing karena manusia setempat terlanda ego dan kebatilan yang tiada taranya. Para pendeta, kaum brahmana korup dan sarat dengan kekotoran mereka, dan menyesatkan umat melalui berbagai ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Dharma itu sendiri. Upacara pembaptisan Yesus oleh Yahya berasal dari India dan menyimpang dari tradisi Yahudi. Pada masa itu kaum suci Nasrani (asal kata Nazarenes) berpakaian ala kadarnya, dengan rambut yang dibiarkan terurai. Kata Nazarenes (Nazarites) berasal dari kata Sansekerta Nazar = penglihatan bagian dalam (Nazaran). Bahasa India sampai kini masih menyebut nazar sebagai penglihatan. Yesus dianggap mampu melihat ke dalam dirinya sendiri (Nasrani).
Sebenarnya dari kata Nasrani dapat disimpulkan bahwasanya ajaran Sri Yesus seharusnya bersifat spiritual tinggi, namun kenyataannya seperti yang kita lihat selama ini di sekitar kita. Tetapi konon di pulau Agaphos di Yunani, terdapat sebuah biara dengan ratusan biarawan yang selibat dan terlibat dengan metode-metode spiritual yang amat dirahasiakan. Disamping itu, berbagai ritual-ritual umat Katholik terkesan mirip dengan Hinduisme, seperti penggunaan air suci (Tirta), roti (prashadam), dupa (kemenyan), inisiasi, non-perceraian dsb. Agak unik misalnya kalau kita lihat dengan seksama akan adanya kata-kata “sesuatu pernikahan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun juga”. Hal ini amat mirip dengan sabda-sabda yang ada di Rig-Veda khususnya mengenai pernikahan yang begitu sakral bahkan para dewatapun tidak diperkenankan untuk menceraikan pasangan yang menikah itu sampai ajal datang menjelang. Kata-kata seperti Santa (orang suci), pemandian, Ekaristi, dsb. jelas mengarah ke ritual-ritual Hindu, walau tidak mau dikenai oleh kaum Kristiani.
Kembali ke zaman Sri Yesus, terdapat juga penemuan di lembah Qamran yang menjelaskan kehidupan kaum Essenes (yogi-yogi di Timur-Tengah) yang amat mirip dengan kehidupan sederhana Sri Yesus itu sendiri. Kaum ini telah hadir jauh sebelum kelahiran Kristus, dan sering tidak diakui oleh umat Kristiani.
Di dalam Injil, Kristus tidak pernah digambarkan sebagai non-vegetarian kecuali satu kali yaitu setelah bangkit dari kematian-Nya. Bahkan perjamuan kuduspun tidak menghadirkan daging atau ikan. Banyak ahli di India berpendapat Sri Yesus Kristus adalah vagetarian tulen, sesuai dengan penampilan dan ajaran-ajarannya, yang terkesan penuh kasih sayang dan bersifat ahimsa (penuh pengorbanan).
Menurut para peneliti di India, ternyata Sri Yesus tidak mati di salib. Hal ini rupanya juga ditekankan oleh kaum Islam; berdasarkan catatan-catatan historis yang terdapat di Persia, Kashmir, dan Pakistan, dsb. Nabi ini bernama Issa (menurut Al-Quran), sedangkan kata Yesus berasal dari kata Yeshnu (bahasa Syria). Nabi Issa diakui hadir sebelum Nabi Muhammad S.A.W. dan merupakan putra dari Maryam yang melahirkannya melalui Roh Allah yang berbentuk seorang pria sempurna (malaikat Jibril). Beliau dilahirkan secara gaib, bunda Maryam yang melahirkannya tetap berstatus perawan, pada saat itu.
Sebuah narasi kuno agama Hindu adalah berbagai puranas (kisah-kisah suci kuna). Keseluruhan antologi kuno ini terdiri dari 18 jilid, dan ada jilid khusus yang kesembilan-belas yang disebut Bhavishyat Maha Purana, yang berisikan kedatangan Sri Yesus ke India, setelah “kematian-Nya di Salib.” Menurut Holger Kersten dalam bukunya yang berjudul “Jesus lived in India,” maka penjelasan di karya ini begitu terperinci sehingga tidak ada keraguan mengenai hal tersebut, yaitu Yesus memang pernah hadir di India. Purana ini juga mancatat hadirnya wangsa Israel di India. Ayat Puran 17-32, ini bahkan menggambarkan pertemuan cucu Raja Vikramaditya (Sulaeman) yang bernama Shalivan dengan Sri Yesus di sebuah daerah di Himalaya, tepatnya di tanah Hun (Ladakh), bagian dari kerajaan Kushan. Konon dikatakan suatu hari sang raja ini melihat seorang pria duduk di suatu tempat dan memancarkan aura yang amat baik. Pria tersebut berkulit bersih dan menggunakan jubah putih. Sang raja kemudian menanyakan asal-usul dan agamanya. Sang pria ini menjawab “Aku disebut putra Tuhan, lahir dari seorang perawan, pengabdi bagi mereka yang tidak percaya akan Tuhan, dan tanpa henti-hentinya aku berusaha mencari kebenaran. Aku datang dari negeri yang asing, di mana sudah tidak ada lagi kebenaran dan di mana kejahatan sudah tidak mengenal batas lagi. Orang-orang di sana sudah tidak percaya lagi akan kehadiran Tuhan, dan di sana aku hadir sebagai Mesias. Tetapi kaum Hailaf (dasyu) ini memperlakukan aku sebagai seorang kafir dan kehidupanku berakhir dalam kuasa ihamasi (iblis, atau kejahatan).”
Selanjutnya : “wahai raja yang agung, berikanlah telingamu pada agama yang aku bawa ini untuk mereka-mereka yang tidak percaya akan kehadiran Tuhan. Setelah memurnikan batin dan raga yang tidak suci dan setelah berlindung di dalam doa-doa Naigama (Shastra-Widhi), manusia akan berdoa kepada Yang Maha Abadi. Melalui keadilan, kebenaran, meditasi dan kesatuan dalam Roh, orang akan menemukan jalannya pada Isa, sebagai pusat cahaya terang. Tuhan, seteguh mentari, akhirnya akan menyatukan roh dari segala makhluk yang mengembara ke dalam diri-Nya. Dst. dst.”
Sang raja kemudian menerima pria yang bernamakan Isa-Masih dan mengutusnya ke suatu tempat yang tidak mengenal cinta dan kasih. Menurut Prof. Hassnan, maka Raja Shalivan berkuasa pada zamannya dinasti Kushan sekitar 30 AD sampai dengan 50 AD.
Seorang peneliti lainnya, prof Nicholas Roerich, dalam karyanya yang disebut “The Heart of Asia”, yang diterbitkan pada tahun 1930 menulis akan makam Bunda Maria yang terdapat di utara Ladakh dekat wilayah Tibet. Setelah kembalinya dari Israel, konon Sri Yesus mengembara dari suatu wilayah-ke wilayah lainnya. Namun beberapa catatan dan bukti-bukti menunjukkan bahwasanya Beliau selalu berulang kali kembali ke Kashmir. Konon sekitar 60 km tenggara Srinagar, atau sekitar 12 km dari Bijbiraha (Vihara batu Musa) terdapat sebuah makam dari Zainudin Wali, seorang Islam yang suci yang hidup sekitar tahun 1408-1461 pada zaman pemerintahan Sultan Zainul Abidin Badsah. Konon semasa hidupnya sang Wali Suci ini memiliki sebuah tongkat suci yang berasal dari Nabi Musa yang konon kemudian secara estafet diberikan kepada sang wali Islam ini. Tempat makam ini berada di dalam sebuah gua Aish-Muquam (makam Isa). Dalam bahasa setempat muquam atau makam juga dapat berarti tempat peristirahatan. Mungkin saja kata para peneliti, kawasan ini pernah menjadi tempat bermeditasi Sri Yesus. Pada era itu menurut legenda dan catatan setempat dipercayai akan hadirnya seorang Nabi yang disebut “Hazrat Isa (Yang Dimuliakan Isa), semoga Roh Tuhan menyertainya.” Beliau hadir di sekitar daerah Yuz Asaf, dan menghabiskan sisa kehidupannya di lembah yang asri ini. Konon katanya ada sekitar 21 dokumen bersejarah yang memberikan kesaksian akan hadirnya Sri Yesus di Kashmir ini. Dan juga hadir sejumlah nama-nama lokasi yang dapat dijadikan bukti-bukti secara geografis akan hadirnya Beliau di Lembah Kashmir ini, seperti : Arya-Issa, Issa-Brari, Yuzu-dha, Yusu-dhara, Yuzu-gam, Yuzu-hatpura, I-Yes-Issa, Kal-Issa, Yuzu-Kun, Issa-Kush, Yus-Manggala, Yuzu-maidan, Yus-marg, Aish-muquam, Issa-mati, Issa-eil, Yus-Nag, Ram-Issa (Tuhan Yesus), Yuzu-para, Yuzu-raja, Issa-Ta, Yuzu-varman, dan I-Yesth-Issa-Vara, Yusu.
Sebuah teks yang disebut “Rajatarangin”, mengisahkan kehidupan Yesus di Kashmir. Karya ini merupakan sejarah Kashmir yang tertulis dalam versi bahasa Sansekerta oleh Pandit Kalhara, yang ditulis pada abad XII AD. Di karya ini Jesus disebut sebagai orang suci yang bernama “Isana” (kata Isana adalah sebutan Dewi Parwati, Durga shaktinya Shiwa yang juga disebut Bunda semesta).
Konon setelah Issa wafat maka Beliau dikuburkan di Kashmir, tepatnya berada di tengah-tengah daerah yang merupakan kota tua Srinagar, di Anzinar, daerah Khanjar. Bangunan yang mengelilingi kuburan batu ini disebut “Rozabal” (kependekan kata-kata Rauza dan Bala, yang bermakna Kuburan seorang yang saktiwan). Konon pada suatu era kemudian yaitu pada zaman Islam, bertambah sebuah kuburan lagi di kawasan ini, kuburan seorang Muslim yang disucikan yang bernama Nasir-UdDin. Nisan batu besar menunjukkan makam Yuz-Asaf (Nabi Isa) dan batu yang lebih kecil bagi Syed Nasir-Ud-Din. Kuburan batu yang besar mengarah dari timur ke barat, sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi yang meninggal dunia dan tidak sesuai dengan kebiasaan Hindu maupun Islam.
Pada kuburan ini, prof. Hassnain menemukan “jejak kaki” dari Yuz-Azaz, yang terilustrasi dengan jelas, yang menunjukkan adanya tanda-tanda kaki kiri yang dipakukan ke kaki kanan. Sebuah naskah kuno menyebut kuburan ini sebagai Isa Roh-n-ilah. Kuburan yang disakralkan ini sampai dewasa ini masih ramai diziarahi oleh umat, Hindu, Muslim, dsb. Dalam bahasa setempat saat ini makam ini disebut “Kubur Hazrat Isa-Sahib.” Sebuah dokumen resmi dari Mufti Rahman Mir (Penguasa Islam setempat) menandakan pelestarian kuburan tua ini. Di dokumen tertulis : “Di sini terbaring Yuz-Asaf, yang membangun kembali kuil Sulaeman pada masa Raja Gopadatta, dan ia kembali sebagai seorang Nabi ke Kashmir. Ia melayani masyarakat, menyatakan kesatuan-Nya dengan Tuhan, Beliau menetapkan hukum bagi masyarakat.”