Ajaran Sri Yesus

AJARAN SRI YESUS

Konsep kepercayaan di dalam agama Kristen mengatakan : “Penebusan dosa di dunia yang menderita ini ditanggung melalui kematian Yesus Kristus”, namun Holger Kersten mengatakan : “Doktrin dari Kekristenan tradisional hampir secara eksklusif merupakan ide-ide palsu Paulus, dan tidak penah disebarkan oleh Sri Yesus dalam bentuk seperti itu.”
Paulus mengajarkan bahwasanya inti ajaran Yesus berpusat pada kematiannya, yang membebaskan orang-orang yang beriman dari dosa mereka, dari kesengsaraan dan dari kekuatan setan. Sebenarnya tidak satu katapun yang ditulis Paulus dan surat-suratnya merupakan ajaran Yesus yang sebenarnya, Paulus juga tidak pernah menyebut suatu cerita perumpamaan yang dipaparkan Yesus; sebaliknya ia hanya menyebarkan filsafat serta ide-ide pribadinya sendiri. Kalau kita simak dengan baik, maka Yesus Kristus adalah seorang Asia, namun “ajaran-ajaran-Nya malahan diperkaya oleh orang-orang Eropah, dan seakan-akan merupakan Nabinya orang Eropah daripada orang Asia.” Lihat saja perayaan Natal yang amat Eropah-sentris daripada Asia-sentris.
Holger selanjutnya berkata : ”Jadi Paulus adalah seorang guru manusia yang mengubah “berita sukacita” menjadi “berita ancaman” dan menyiratkan bahwa “hanya itu saja” yang dapat menunjukkan jalan menuju keselamatan.” Dengan kata lain Holger ingin mengatakan ajaran Yesus telah “diplintir atau dikorupsi” oleh Paulus untuk maksud-maksud tertentu. Apalagi pada saat penyaliban Sri Yesus, semua murid-muridnya berubah menjadi pengecut, ada yang menjualnya, dan yang lainnya bersembunyi, membiarkan sang guru disalib tak berdaya tanpa ada yang mau membela atau berkorban demi Sri Yesus, hal ini mungkin adalah hal yang paling menyakitkan dan merupakan aib terbesar para murid-muridnya sehingga Yesus memutuskan kembali ke India, demikian kesimpulan sementara peneliti India, di India Beliau ternyata diterima kembali dengan tangan terbuka.
Dewasa ini, agama Kristen konon telah terpecah-pecah menjadi lebih dari 3200 sekte-sekte di dunia, masing-masing mengklaim kebenaran dan keselamatan melalui tafsir-tafsir mereka sendiri. Ada yang pernah menjual paspor ke sorga, ada yang pernah mengkapling-kapling bumi dan menjajah berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin, dan membunuh jutaan manusia di kawasan-kawasan ini atas nama Yesus Kristus. Di Jakarta saat ini ada ratusan Hindu India yang “terhipnotis dan terkena brain-washing” dan demi uang dan keuntungan mereka merubah agama mereka. Mereka ini boleh mejalankan adat-istiadat Hindu seperti perkawinan, kematian, dsb tetapi semua buku-buku suci mereka termasuk alat-alat sembahyang dan arca-arca dibuang atau dihancurkan. Namun setelah itu masuklah ke-rumah-rumah para penganut baru ini gambar-gambar Yesus dsb yang sebenarnya diharamkan oleh Sri Yesus itu sendiri, karena apa bedanya sebuah arca dan sebuah gambar. Tempat-tempat pemujaan Kristiani gaya ini dibangun di apartemen, ruang toko bagian atas dan tempat-tempat yang tidak dicurigai penduduk setempat. Yang aneh pada perayaan Imlek kali ini, upacara Imlek masuk gereja dan ditampilkan di media elektronik. Ajaran Yesus seperti hukum sebab-akibat, Sermon on the mount, meditasi dan kehidupan kembali malah kurang diperhatikan. Pokoknya setiap penganut wajib membayar 10 persen dari income mereka ke gereja, dan sebaliknya gereja mengakomodasi massa untuk berbelanja di tempat-tempat umat Hindu dan Buddhis ini. Bahkan supir dan pembantu rumah tangga yang sudah dikristenkan pun melayani kaum kaya yang mau masuk ke agama Kristen ini.
Demikianlah sekilas data-data yang ada di India, Tibet, Ladakh, Kashmir, Pakistan dan Afghanistan. Diperlukan ribuan halaman dan ratusan peneliti dalam bidang theologi, agama, dsb. untuk menjelaskan berbagai fakta-fakta semua agama yang belum terungkap dengan jelas, agar umat manusia dapat disadarkan bahwasanya kita umat manusia adalah satu ras bangsa sesuai ajaran-ajaran yang ada di Veda-Veda, di Taurat, Injil, dan Al-Quran, dengan berbagai nabi-nabi yang diturunkan-Nya dari masa ke masa untuk berbagai suku bangsa yang teramat bhineka ini. Kesemuanya agar menjadi pemersatu dan pengagum Keagungan Tuhan Yang Maha Esa, bukan dengan saling menjelek-jelekkan atau saling berperang demi nafsu pribadi atau kebodohan-kebodohan pribadi. Nabi agama yang satu ternyata bisa saja merupakan Nabi umat yang lain, contohnya Nabi Adam dan Ibrahim apalagi Nabi Nuh adalah milik semua umat manusia. Demikianlah hormat kami kepada semua nabi dan umat-umatnya, kepada semua ajaran-ajaran agung di mana saja.
Pengaruh Hindu-Buddhis juga masuk ke China seperti yang kita ketahui selama ini. Ajaran Bunda Saraswati menjadi ajaran Kwan-Im, ajaran Buddha dan para bodhisatwa pun masuk ke China, Korea dan Jepang dst. China sendiri juga memiliki Nabi-Nabi yang budiman dan dashyat, seperti Lao Tse, Kong Ho Cu, para dewa-dewa China seperti Yam-Lo-Ong, dsb. Perpaduan antara Dharma dari India dan agama lokal di China menghasilkan suatu budaya bangsa yang hebat. Konon sewaktu saya ke Kanada pada tahun 2001, maka sejarah bangsa Indian membuktikan adanya pengaruh Hindu-Buddhist dalam budaya America-Indian dengan berbagai situs-situs arkeologi di Mexico, Peru, Bolivia dan sebagainya yang dikenal dengan nama budaya Aztec, Peruvian, dsb. Di daerah Solo, sedang dibangun sebuah kawasan yang disebut Sonosewu, di mana semua miniatur Hindu-Buddis dari seluruh dunia dihadirkan di kawasan ini, termasuk yang dari Amerika Latin, Hawai, Fiji, dst.
Sebelum penulis mengakhiri tulisan ini, ingin saya sarankan kepada umat Hindu Dharma di Indonesia untuk sekali-kali membuka Injil bagian Wahyu (revelation). Anda akan terkejut karena Kalikin-Purana ternyata hadir di bab ini hampir secara utuh. Di Wahyu, Yesus menegaskan bahwasanya Ia akan kembali sebagai pengantin pria yang didampingi oleh pengantin wanita dan akan menumpas habis iblis dsb. Karya ini persis seperti kelahiran Vishnu yang akan datang yaitu Kalikin yang menunggang kuda dan menebas habis kejahatan yang amat memuncak di zaman kali. Teori Purusha dan Prakirti Hindu hadir tersirat dengan nyata di karya Wahyu ini, tetapi umumnya para pendeta Kristiani menolak menjabarkan yang satu ini, entah karena mereka tidak berani atau karena bertolak-belakang dengan teori keselamatan yang mereka suguhkan secara indah. Terus terang di Wahyu Yesus akan menumpas seluruh unsur-unsur kemunafikan, kejahatan dan sifat-sifat iblis yang hadir di muka bumi ini tanpa kompromi apapun juga.
Mungkin sudah waktunya kaum Hindu membentuk sebuah forum solidaritas antar agama dan sekte-sekte yang hadir di Indonesia untuk mengatasi berbagai friksi-friksi yang ditimbulkan melalui pelecehan-pelecehan yang terjadi di India, Indonesia, Denmark, dst agar dapat kita selesaikan secara pro-aktif dan damai, karena mengacu ke arah kesatuan ras bangsa dunia ini yang juga satu adanya dan disebut Homo-Sapien Erectus yang adalah kita semua ini. Setiap pemuka agama dari golongan manapun juga harus berani menegur dan menindak umatnya yang kurang ajar terhadap umat lain atau agama lain. Jangan umat sendiri didiamkan, tetapi kalau dicubit umat lain lalu ramai-ramai merusak. Pengaturan etika beragama yang benar, tanpa mencuri umat lain harus diatur oleh kita untuk kita juga. Hal-hal yang bersifat komersil dalam agama manapun harus kita buang jauh-jauh dan para ulama harus saling berkunjung dan berwacana ke umat-umat lain demi terjalinnya tali persaudaraan di antara kita, yang kemudian akan diteladani oleh umat awam; atau kita semua akan mendapatkan laknat dari-Nya.
Coba diperhatikan dan dipelajari dengan baik. Seratus atau dua ratus tahun ke depan, apakah agama-agama masih akan eksis, kalau “produksi”nya masih seperti sekarang ini ? Melihat perkembangan agama Nasrani yang makin merosot dan hampir punah di kawasan Eropah, Amerika (USA), dan Australia, maka jelas sudah peranan agama akan diambil alih oleh sains dan teknologi di masa depan.
Kaum Hindu di Indonesia harus belajar dari berbagai fenomena yang kasat mata ini. Berbagai ritual yang konsumtif akan segera menghilang dari penalaran kaum muda, apa kita sudah menyediakan media alternatif Hindu yang bernuansa ke depan ? Di masa depan kata para ahli, Tuhan akan dihayati melalui sains dan teknologi, dengan kata lain agama masa depan lebih praktis dan lebih logis. Filosofi plus “spiritual-knowledge” saja. Lalu apa yang sudah disiapkan oleh PHDI, dan para cendekiawan Hindu di Indonesia untuk anak-cucu kita ?.
Di India para resi-resi modern menekankan pada ajaran-ajaran spiritual dan filosofi tanpa bertentangan dengan sains dan teknologi, karena Dewa Brahma adalah dewanya Teknologi, lihat berbagai perlengkapan pertukangan di atas singgasananya, sedang Ganeshya membuka horizon kita ke arah ilmu pengetahuan bumi dan universal (skala dan niskala), tanpa Beliau tidak ada upacara yang sah. Itu berarti ilmu pengetahuan lebih diutamakan daripada ritual-ritual. Sri Krishna bersabda yagna yang paling utama adalah Yagna dalam bentuk ilmu-pengetahuan. Anak-anak muda saat ini sudah piawai dalam mengelola komputer dan HP, yang di masa lalu disebut cupu dan penglihatan Wyasa. Sekarang Wyasa sudah hadir di era teknologi dalam bentuk pengetahuan dan perangkat yang canggih. Beliau tidak perlu lagi menghadirkan Mahabharata kepada Dristarata dari jarak jauh, karena media elektronik sudah mengambil-alih peran tersebut. Lalu apakah kita masih akan tetap dungu dan terikat kepada sistem kasta, dsb ?. Saya yakin kalau sebutan Widhi yang berarti pengetahuan luas tidak dijabarkan secara baik. Kaum muda menjadi resah melihat kaum tua ibarat “keledai dungu” yang melenguh tiada henti-hentinya tetapi telah ketinggalan jaman di era teknologi yang makin hari makin tidak terkejar ini.
Prediksi Kali-Yuga mengatakan dharma yang berkaki satu akan menang di atas adharma yang berkaki tiga (kebodohan, keangkuhan dan kejahatan). Namun yang memiliki Widya (ilmu-pengetahuan) akan berada di atas ketiga faktor ini. Lalu apakah hal ini sudah dihayati oleh kaum cerdik-pandai kita atau hanya sibuk berseminar dengan pepesan kayu kosong, atau sibuk melaksanakan ritual-ritual dengan biaya mahal ? Untuk itu ikuti sabda Dalai Lama yang hidup di Dharmasala, yang mengatakan agar kita juga belajar dari berbagai praktek positif umat agama lain dan lalu aplikasikan ke agama kita kalau perlu demi lestarinya dharma kita sendiri.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Mohan M. S.
Shantigriya Ganeshya Pooja
Cisarua, 20 Januari 2006