Arsip Tag: Zarathushtra

Wacana-wacana suci Zarathushtra

Dari masa ke masa YME mengirimkan utusan-utusanNya demi kebaikan umat manusia, namun yang mengherankan hampir semua utusan-utusan Ilahi ini turun di kawasan Asia dan Timur Tengah saja dan tidak pernah di Eropah. Mungkin karena awal peradaban dimulai dari Asia dan Afrika dan diteruskan ke Timur Tengah dan baru ke Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya. Konon pada era 600 BC hadirlah seorang nabi di Persia kuno (sekarang Iran). Beliau disebut Zarathushtra (Zoroaster).

Kata Zoroaster adalah sebutan untuk beliau oleh bangsa Yunani. Berbagai detail-detail kehidupan beliau agak kabur karena dihancurkan oleh Alexander dari Macedona yang membakar habis Perpustakaan Kerajaan Persepolis kuno yang disebut Takht-e-Jamsheed.

Kemudian sisa-sisa ajaran dan histori beliau dimusnahkan oleh bangsa Arab pada abad ke tujuh. Namun baik Arab maupun Yunani gagal menghancurkan skripsi-skripsi beliau yang tertulis di batu pegunungan dan ajaran-ajaran moral yang mentradisi dalam masyarakat adat setempat.

Dari kedua sumber ini, para ahli mengenal daerah Mazdayasna dan Nabi Zarathushtra secara minimal namun cukup meyakinkan bahwasanya Iran atau Persia kuno merupakan gudang mistik, filosofi, moral dan etika yang teramat prima dan tinggi. Kultur Mazdayasna ternyata sangat erat hubungannya dengan tradisi Hindu (Weda) di India. Skripsi-skripsi suci Gathas (kidung-kidung) kultur ini ditulis dalam bahasa Aresta yang amat mirip dengan bahasa yang dipergunakan dalam Rig-Weda (Sansekerta kuno). Sansekerta masa kini sudah agak berbeda dari sansekerta masa-masa lalu,

Kata Mazdayasna dalam bahasa Aresta berarti “Pemujaan kepada Tuhan” (Mazda=Tuhan, Yasna=Pemujaan). Perhatikan kata Yasna dan Yajna amat mirip dan kedua-duanya berarti pemujaan atau pengorbanan (persembahan).

Tuhan (Ahura Mazda) sama seperti sebutan Allah dalam bahasa Timur Tengah (Arabik) dan Jehovah (Hebrew). Ahura berarti (Aku=yang hidup. Ra=yang menganugrahkan. Jadi kata Ahura=Sang Pemberi Kehidupan). Mazda sendiri dalam bahasa sansekerta disebut Mahada (Maha=Agung da=pemberi. Jadi sama dengan Yang Maha Pemberi).

Menurut para ahli, maka kultur Mazdayasna ini terang telah berasimilasi dengan tradisi Weda di India dan berpengaruh sebagai pemberi inspirasi-inspirasi spiritual dalam tradisi agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam. Konon Nabi Zarathushtra dilahirkan di daerah Rae di Iran Utara. Beliau berkelana ke berbagai daerah di Iran dan akhirnya tinggal di Balkh (sekarang di Afganistan). Raja yang berkuasa pada era tersebut disebut Vishtasp, beliau adalah pengikut Zoroaster dan tewas sebagai pahlawan melawan tentara Turanian yang menghancurkan kuil api sewaktu beliau sedang sembahyang di lokasi tersebut.

Konon kisah ajaib penuh mukzizat selalu menyertai Zoroaster semenjak ia dilahirkan sampai ke akhir hayatnya namun Zoroaster sendiri selalu merendahkan dirinya dan tidak pernah berbicara akan berbagai mukzizat yang menyertainya. Namun ia akan selalu diingat umat manusia karena merupakan pionir agama dan kemanusiaan sebelum agama-agama semitik lahir di Timur Tengah.

Invasi Arab pada abad ke 7 membuat Iran hancur peradabannya secara total sama dengan yang terjadi di Mesir dan Byzantium, namun ajaran-ajaran Zoroaster dihidupkan kembali oleh kaum sufi yang sekaligus adalah penyair seperti: Rudaki, Daqiqi, Firdausi, Sadi, Haafiz, Nizaami, Rumi, Omar Khayyam, Ishqi, Spenta, Pour-e-Daud, dst. Melalui karya-karya mereka maka ajaran Zoroaster masih relevan dan hadir sampai kini dalam berbagai versi bahkan “terselip” dalam Al-Quran, Injil, dan Perjanjian Baru, kata para ahli pesan-pesan kemanusiaan Zoroaster dibagi menjadi :

A. Mistitisme, yang terdiri dari kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Pemberi (Ahura Mazda), Kepercayaan akan keabadian Sang Jiwa dan reinkarnasi, Api suci sebagai symbol cahaya(Nur) abadi Sang Maha Suci,
B. Filosofi : Keyakinan akan hadirnya kebajikan dan kebatilan, keyakinan bahwasanya hidup ini adalah perjuangan antara baik dan buruk.
C. Etika dan moral : Kaidah-kaidah suci disebut :
Hu’mata (Pikiran yang benar)
Hu’ukta ( Kata-kata yang benar)
Hu’varshta (Perilaku yang benar)

Mazdayasna disebut juga sebagai agama yang dinamis dan forogresif yang senantiasa berevolusi dengan masa kini. Tidak ada kata final atau dogma mati bagi ajaran yang selalu berkembang ini. “Apa yang tidak hadir di ajaran ini tidak hadir juga di tempat lain”, adalah faham yang dianutnya, jadi senantiasa universal. Faham Mazdayasnian ini juga melahirkan nabi-nabi penerus seperti Jamshid, Firdausi, dst. Para kaum suci ini secara amat sederhana mengakui dan menyadari hadirnya Kebenaran, Cinta-kasih dan Keindahan secara amat luas dan tidak terbatas, sehingga tidak mungkin termuat dalam satu atau beberapa skripsi saja. Ajaran-ajarannya tidak pernah memaksa para pengikutnya kalau percaya yah silahkan, tidak silahkan ditolak saja!