Arsip Tag: Yesus

Memahami ajaran ajaran Kristus yang senada dengan ajaran mengenai karma

MEMAHAMI AJARAN-AJARAN KRISTUS YANG SENADA DENGAN AJARAN MENGENAI KARMA

Sri Yesus selama ini dikenal sebagai salah seorang resi (utusan) agung dari Yang Maha Esa, ajaran-ajarannya bagi kaum Hindu-Buddha dianggap tidak jauh berbeda dengan Sang Buddha Gautama. Dari sutra-sutra yang ditemukan di India dan Tibet, ternyata Yesus adalah pembela hak-hak azazi rakyat kecil yang teraniaya oleh ulah para brahmana. Hal yang sama juga digugat beliau di Israel, maupun di Syria, Afghanistan dsb. Beliau sangat anti kasta seperti halnya Sang Buddha, Krishna, Rama, Mahatma Gandhi, Vivekananda, Kabir, Guru Nanak, dst. Beliaupun menganjurkan pemberian kasih terhadap setiap manusia dan makhluk. Pada era tersebut ajaran Kristus dianggap mencampuri terlalu jauh kaidah-kaidah yang dianut para brahmana di India dan para rabbi di Israel, akibatnya beliau sering diusir di mana-mana dan akhirnya disalib secara tragis. Kalau mau betul-betul menghayati Bible, maka jelas terlihat bahwa Yesus telah dikhianati dan diingkari oleh murid-muridnya sendiri. Ada yang menjualnya, ada yang berbohong sampai tiga kali, dan yang lainnya bersembunyi ketakutan ketika sang guru disalib. Kemunafikan telah diperlihatkan dari awal kematian Kristus yang suci ini. Agamanya adalah orisinil agama Asia, namun saat ini sudah dikemas dengan kemasan Eropah, jadilah agama Kristen sebagai produk Eropah lengkap dengan pohon Natal dan Santa Klaus yang tidak ada dalam ajaran-ajaran aslinya. Ajaran aslinya megatakan “Kerajaan Tuhan ada di dalam hatimu”, tetapi yang kita lihat adalah gereja-gereja bergaya Eropah dengan umat yang amat perlente jauh dari kesederhanaan yang diajarkan Kristus. Bahkan sebagian sekte Kristen menjual agama demi keselamatan yang semu. Sayang sekali ajaran-ajaran Kristus yang hakiki kurang difahami oleh umatnya, karena demikian carut-marutnya penyusunan Bible itu sendiri. Sewaktu saya berkunjung ke Eropah banyak yang megatakan bahwa Bible merupakan produk “tangan keempat”, tidak megherankan kalau gereja-gereja sudah tidak diminati lagi di sana, di London sendiri sudah 2 gereja dijual ke umat lain (Hindu).
Ada sebagian ajaran Kristus yang terselamatkan, misalnya Mathius, dan Khotbah di atas bukit, serta mutiara-mutiara di sana-sini. Kemudian bab mengenai Wahyu, jelas sekali adalah ajaran Hindu Vaisnawa, tentang kedatangan Kaliki. Jesus sendiri dipercayai sebagai seorang Yogi yang amat piawai dan meguasai shastra Hindu dengan amat baik. Kalau Nabi Muhammad S.A.W konon dikatakan buta aksara, Yesus nampaknya sangat terpelajar namun sangat sederhana dan tidak menonjolkan dirinya. Ciri yang sama dimiliki para resi Hindu dan Nabi Muhammad serta para nabi-nabi lainnya.
Penulis tertarik pada ajaran Kristus yang terdapat di Mathius, karena terbukti Yesus megajarkan hukum sebab-akibat (Hukum Karma), reinkarnasi, dan hukuman yang akan didapatkan seseorang setelah meninggal dunia, di alam swarga maupun neraka (yang amat Hinduistik sifatnya). Di India sendiri ada ratusan makalah yang mengupas persamaan ajaran Yesus dengan ajaran-ajaran Sanatana-Dharma. Salah satunya yang amat menarik adalah “Light on Saint Mathew” oleh Maharaj Charan Singh (almarhum), seorang guru spiritual dari perguruan Radha Soami Satsangh Beas, di Punjab, India. Sebagian cuplikan ajaran beliau kami sarikan di bawah ini. Beliau juga berkata : “Ajaran-Yesus banyak disamarkan oleh orang-orang tertentu dari masa ke masa untuk pemenuhan ego masing-masing individu tersebut. Padahal Yesus datang untuk menuntun umat manusia kembali ke asal (Bapak)-Nya. Hanya sedikit yang faham akan tujuan dari ajaran-ajaran spiritualnya yang agung, yang mirip sekali dengan ajaran para utusan Ilahi dari masa ke masa”.
“Anda mungkin faham bahwasanya Bible itu sendiri tidak ditulis oleh Yesus maupun para murid Yesus sewaktu beliau masih hidup, jadi belum tentu apapun yang hadir di Bible adalah kata-kata Beliau yang asli, karena tidak ada catatan mengenai hal tersebut di Bible. Semua tulisan di Bible berasal dari sana-sini, bahkan melalui berbagai mulut dan generasi, itulah sebabnya berbagai bab menyebutkan ajaran dari Santa Matius, Lukas, dst. bukan langsung dari Sri Yesus Kristus itu sendiri. Karena para orang suci inilah yang mengkomplikasi ajaran-ajaran tersebut dari masa ke masa. 2000 tahun kemudian, apapun yang anda baca di Bible bisa saja membingungkan, baik dari segi penerjemahan maupun dari segi-segi nilai spiritual yang dikandungnya, contoh Bible Bahasa Bali, Papua, Sunda, Jawa, dsb. Nama Yesus saja sudah dilafalkan jauh dari aslinya, katanya disesuaikan dengan lafal bahasa setempat, akibatnya janggal dan aneh sekali”.
HUKUM KARMA DAN BERBAGAI ASPEK
HINDU DI MATIUS

“Dan saat ini juga kampak tersebut telah ditebaskan ke akar pohon itu; oleh sebab itu setiap pohon (pepohonan) yang tidak
menghasilkan buah (pahala) yang baik (harus)
ditebang jatuh dan dilemparkan ke bara api”.
(Matius 3:10)

Keterangan : Jelas ayat di atas berbicara akan hukum karma yang bersifat universal (Sanatana Dharma). Matiuspun banyak mengungkapkan praktek Hindu seperti pembaptisan di/dengan air, Spirit of God, Roh Kudus (Atman, Paramatman) dsb. Matius 5:1 s/d 5:38 berkata lebih banyak lagi akan karma-phala, ini, dst, dst.

“Berhati-hatilah agar dikau tidak memberikan amal di depan orang agar tidak terlihat oleh mereka itu : atau Bapak di sorga tidak
akan memberikan pahala kepadamu”.
(Matius 6:1)

Ketarangan : Barangsiapa melakukan amal-ibadah yang penuh pamrih maupun demi tujuan-tujuan tertentu yang bermotifkan “penyuapan ke Tuhan”, dsb, maka Sri Yesus menjamin mereka tidak akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Kenyataannya di Indonesia saja, banyak kaum Protestan menggaet umat lain melalui pemberian-pemberian yang tidak dianjurkan oleh Yesus maupun Bapak di sorga. Entah dampak buruk apa yang akan didapatkan oleh kaum yang megingkari ajaran Kristus ini ?

“Tetapi kalau dikau ingin beramal (sebaiknya) tangan kirimu tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kananmu”.
(Matius 6:3)

Keterangan : Bukankah wacana serupa hadir di ajaran-ajaran Hindu, Buddhis, Zoroaster dan Islam. Kesemuanya memperingatkan agar manusia tidak menjadi munafik melalui amal dan bhakti yang penuh kesombongan dan pamrih, Matius dari awal sampai akhir memperingatkan hal ini secara amat jelas dan tegas.

“Dan ampuni hutang-hutang kami, seperti halnya kami mengampuni orang-orang yang kami hutangi”.
(Matius 6:12)

Keterangan : Semoga Tuhan Yang Maha Esa megampuni segala karma (perbuatan) buruk seseorang, seperti halnya ia memaafkan dosa-dosa orang lain terhadapnya.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya; kemudian semua ini akan ditambahkan kepadamu”.
(Matius 6:33)

Keterangan : Dalam bentuk manusia, Sri Yesus megajarkan agar manusia sadar akan statusnya yang mulia, yaitu menemukan kerajaan Tuhan di dalam dirinya sendiri, yaitu Jati Dirinya sendiri (Atman, Roh Kudus). Sewaktu seseorang itu sadar akan hakikatnya sendiri, maka seluruh makna kehidupan ini akan dianugerahkan kepadanya. Sayang filosofi yang amat mendalam ini jarang sekali difahami oleh umat Kristus, yang condong lebih banyak berbicara keras-keras di gereja maupun di TV. Lupa mereka Jesus itu teramat lemah lembut sifatnya sewaktu berwacana di depan umat.

“Sesuai dengan putusan yang dikau lakukan, maka dikaupun akan dihakimi sesuai dengan putusanmu itu: Apapun yang anda
lakukan, hal yang sama akan dijatuhkan kepadamu lagi”.
(Matius 7:2)

Keterangan : (Matius 7:3, 7:4-5) selanjutnya mempertegas hal mengenai hukum karma tersebut di atas, dst. dst.

AHIMSA DALAM AJARAN KRISTUS

Puncak dari ajaran ahimsa (non-kekerasan) dari ajaran Sri Yesus Kristus disabdakan oleh beliau pada saat beliau disalibkan. Dalam penderitaan yang amat sangat ini beliau bersabda lirih :

“Bapa, maafkan mereka; karena mereka tidak sadar akan
apa yang mereka lakukan”.

Keterangan : Hanya seorang guru sejati yang sempurna yang dapat berwacana seindah dan se-Ilahi itu, karena manusia awam biasanya terliput dendam kesumat yang amat berkepanjangan. Yesus juga bersabda :
“Penuh dengan anugerah adalah mereka yang memaafkan; karena mereka akan mendapatkan anugerah dalam bentuk pemaafan juga”.
(Matius 5:7)

“Namun Ku-katakan padamu, kasihilah musuh-musuhmu, doakanlah keselamatan kepada mereka yang mengutukmu, lakukanlah
hal-hal yang dianggap baik kepada mereka yang
membencimu, dan berdoalah bagi mereka yang
meyalah-gunakan dan memperdayaimu”.
(Matius 5:44)

“Barangsiapa menampar pipimu yang kanan,
maka berikan juga pipimu yang kiri”.
(Matius 5:39)

Keterangan : Ini adalah bentuk ahimsa yang tertinggi, sayang dunia saat ini penuh dengan kekerasan yang tidak ada habis-habisnya. Kearifan ini terkesan hanya dimiliki oleh insan agung seperti halnya Sri Yesus itu sendiri, atau Buddha, para resi Hindu dan Mahatma Gandhi, dsb. Jelas ajaran Sanatana yang agung telah dihayati oleh Yesus selama hidup dengan belajar di India. Itulah sebabnya beliau menyebut dirinya anak manusia, tetapi bukan sembarang anak manusia, namun anak manusia yang agung dan suci di mata Bapaknya, yaitu Tuhan itu sendiri.

KANDUNGAN RAHASIA AJARAN YESUS

“Dianugerahilah mereka yang sederhana;
karena kerajaan sorga itu milik mereka adanya”.

Keterangan : Sebaliknya lihat kaum di Vatican dan di Inggris, dll. Para rohaniwan ini hidup di kastil-kastil yang mewah dengan berbagai atribut yang serba mewah, jauh dari kehidupan Yesus yang amat miskin dan sederhana itu.

“Dianugerahkanlah mereka yang meratap;
karena mereka akan mendapatkan
hiburan (kasih sayang)”.
(Matius 5:4)

“Dianugerahilah mereka yang merendahkan diri mereka;
karena mereka akan mewarisi bumi ini”.
(Matius 5:5)

“Dianugerahilah mereka yang berlapar diri, dan kehausan dalam menjalani kebenaran; karena mereka akan terpenuhi”.
(Matius 5:6)

“Dianugerahilah mereka yang penuh rasa maaf;
karena mereka akan mendapatkan maaf”.
(Matius 5:7)

“Dianugerahilah mereka yang murni jiwanya;
karena mereka akan melihat Tuhan”.
(Matius 5:8)

“Dianugerahilah para penyandang perdamaian;
karena mereka akan disebut putra-putri Tuhan”.
(Matius 5:9)

“Dianugerahilah mereka yang binasa demi jalan kebenaran;
karena milik merekalah kerajaan surga itu”.
(Matius 5:10)

Berbahagialah dan bergembiralah sebanyak-banyaknya;
karena sedemikian besar pahalamu di sorga;
demikianlah banyak nabi-nabi yang telah
dibinasakan sebelum kami”.
(Matius 5:12)

“Engkau adalah garam yang berasal dari bumi ini;
seandainya garam ini kehilangan intisarinya,
maka di mana lagi penggaraman tersebut
dapat dilakukan”.
(Matius 5:13)

Keterangan : Para guru-guru spiritual di India menyatakan terdapat intisari meditasi dan bakti yang amat mendalam dalam wacana-wacana tersebut di atas, yang hanya mampu dihayati oleh mereka-mereka yang meniti jalan kebenaran universal. Demikian juga kesimpulan para kaum sufi di India. Ternyata hanya “mereka yang mempunyai magnet dan frequensi” yang sama yang dapat merasakan getaran spiritual yang senada. Itulah sebabnya baik Bhagawat-Gita maupun Injil mengatakan agar ajaran Kebenaran ini tidak diberikan kepada anjing atau babi, tetapi diturunkan kepada mereka yang meniti jalan kebenaran universal ini, tidak peduli siapa dia dan apapun agamanya. Agama hakiki tidak megenal batas, agama hakiki hadir di dalam nurani yang bersih dari setiap individu yang bersih dan sadar akan hakikat Sang Pencipta dan berbagai ciptaan-Nya ini.

BERDOA SESUAI AJARAN YESUS

Ternyata Sri Yesus seperti halnya Sri Krishna sangat tidak menyukai kemunafikan apalagi pada saat kita melakukan berbagai aktivitas seperti amal, dan pekerjaan sehari-hari. Bahkan berdoa saja tidak dianjurkan secara muluk-muluk ataupun harus di tempat-tempat ibadah tertentu, seperti yang dipraktekan selama ini oleh umat Yesus dengan sorak-sorai dan hura-hura. Contohnya ada di Matius seperti di bawah ini :

“Namun dikau, sewaktu memuja (berdoa), masuklah ruang (kamar) mu, dan setelah menutup pintu, berdoalah ke-Bapa-mu yang hadir dalam rahasia (keheningan, diam, meditasi, shanti); dan
Bapa-mu yang hadir di dalam keheningan (rahasia)
ini akan menganugerahkan pahalanya
secara terbuka”.
(Matius 6:6)

Namun, sewaktu berdoa, jangan melakukan pengulangan-pengulangan secara sia-sia, ibarat kaum heathens;
karena mereka mengira suara mereka akan
terdengar karena doa mereka yang
hingar-bingar itu”.
(Matius 6:7)

Keterangan : Ternyata ayat pertama di atas, jelas tidak mementingkan tempat ibadah seperti gereja atau sinagogue, seperti halnya ajaran meditasi Hindu-Buddha-Jain, maka yang dianjurkan hanya sebuah ruang kecil untuk berkomunikasi secara hening, karena di situlah terletak rahasia komunikasi spiritual ini, bukan dengan berteriak-teriak keras, bernyanyi sambil berjingkrak-jingkrak ibarat orang kesurupan, karena Tuhan itu bukan seorang manusia pikun yang tuli.

Cukup dengan doa-doa seperti di bawah ini, karena Tuhan itu Maha Tahu:
“Karena Bapamu mengetahui apa saja yang dikau perlukan,
sebelum dikau menyampaikan kepada-Nya. Selanjutnya
berdoalah: Bapa kami yang ada di Sorga,
semoga terpujilah Nama-Mu”.
(Matius 6: 8-9)

“Hadirlah kerajaan-Mu. Kehendak-Mu juga yang berlaku
baik di bumi maupun di semesta raya ini”.
(Matius 9:10)

Keterangan : Kata sorga diartikan semesta atau jagat raya dalam bahasa Inggris, sumber Bible yang dikutip ini. Karena heaven dapat berarti sorga, tetapi kalau Heaven dengan “h” besar, seharusnya berarti jagat-raya. Terjemahan “heaven-Heaven” ini dalam bahasa Indonesia ternyata tidak memahami makna sesungguhnya. Sewaktu doa seseorang bersifat universal dan non-pamrih maka “kerajaan sorga” akan turun ke orang tersebut dalam bentuk kesadaran Ilahi yang amat universal, bukan harta-benda surgawi, atau pengetahuan egoistik yang sempit, dsb. Kaum Hindu yakin Yesus hadir untuk membawa reformasi bagi kaumnya, namun yang kita lihat kebanyakan malahan berpidato berapi-api, teriakan-teriakan histeris dsb. yang amat jauh dari wacana-wacana Beliau yang sarat filosofi. Mungkin hanya sebagian kecil rahib-rahib di pulau Agaphos yang menyadari hakikat selibat dan keheningan yang dimaksud Yesus.

“Berikan kepada kami (jatah) roti kami hari ini”.

Keterangan : Ada makna yang amat luar biasa di ayat ini. Yesus mengajarkan pada umatnya agar memohon kepada Tuhan, sekedar cukup untuk sehari-hari saja, bukan hal-hal yang melimpah ruah seperti janji-janji gombal sebagian kaum Kristiani yang menjanjikan keselamatan, sorga dan harta duniawi bagi yang mau dibujuk masuk ke agamanya. Adalah wajar kalau setiap manusia merasa cukup apa adanya, dan kalau ada lebih dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkannya, bukan menjadi peminta-minta terus menerus. Kalau saja ajaran Kristus ini dihayati dengan baik, maka tidak akan ada kelaparan di Afika saat ini.

NON-KETERIKATAN DUNIAWI

Ajaran-ajaran Sri Yesus mengenai keterikatan duniawi ternyata amat mirip dengan ajaran Dharma. Di bawah ini, simaklah ajaran beliau yang sarat dengan kekayaan Ilahi, yang seharusnya didambakan oleh umatnya, bukannya belenggu derita yang malahan jadi objek-objek tujuan hidup yang fana ini :
“Jangan menumpuk hartamu di bumi ini, di mana akan dimangsa oleh kutu-kutu dan kekaratan, dan dirampas oleh para pencuri”.
(Matius 6:19)

“Tapi simpanlah harta di surga, di mana tiada hadir kutu,
kekaratan dan di mana tiada pencuri yang akan
mendobrak dan mencuri hartamu itu”.
(Matius 6:20)

“Karena di mana terletak hartamu, di sana juga terletak hatimu”.
(Matius 6:21)

“Cahaya raga adalah sepasang mata; seandainya matamu bersifat tunggal, maka seluruh ragamu akan terpenuhi oleh cahaya”.
(Matius 6:22)

Keterangan : Yesus berbicara tentang rahasia gaib mata tunggal, yang dikenal dalam ajaran Dharma sebagai mata ketiga, matanya kaum mistik dari masa ke masa. Mereka-mereka yang telah sanggup mengharafiahkan hakikat mata tunggal ini, akan menemukan Cahaya Ilahi di dalam seluruh sistem cakra-cakra yang ada di tubuhnya. Hal ini hanya dapat dicapai melalui yoga-meditasi yang mendalam yang telah dipelajari dan dihayati oleh Sri Yesus itu sendiri di India, melalui upaya-upaya non-pamrih dan berkesinambungan. Ajaran yoga ini telah hilang dari Bible karena telah menjadi agama Eropah, bukan lagi ajaran Asia yang penuh pesona dan kebenaran mistis. Menurut yang kami teliti di Bible, ternyata murid-murid Yesuspun tidak atau belum mampu menyerap rahasia ajaran yoga ini, apalagi para paus, dsb. yang lebih menyiratkannya sebagai ajaran kafir dan iblis. Padahal Yesus mengatakan :

“Seandainya matamu bersifat iblis, maka seluruh ragamu
akan dipenuhi oleh kegelapan”.
(Matius 6:23)

“Dan seandainya cahaya di dalam dirimu ini (bersifat) kegelapan, maka seluas apakah kegelapan tersebut ?”.
(Matius 6:23)

“Tiada seorangpun yang dapat mengabdi ke dua majikan. Karena ia akan membenci yang satu dan mencintai yang lainnya;
atau ia akan bersandar ke yang satu dan mengabaikan
yang lainnya. Dikau tidak dapat mengabdi ke Tuhan
dan ke mammon (harta-benda duniawi, iblis,
kegelapan, dsb. sekaligus)”.
(Matius 6:24)

Keterangan : Jelas sudah ajaran-ajaran spiritual Yesus di atas, apalagi yang satu, berikut ini :

“Oleh sebab itu Ku-katakan kepadamu, hindarilah berpikir akan (kelangsungan) kehidupanmu, hindarilah berpikir akan apa
yang akan dimakan atau yang akan diminum; atau apa
saja yang harus aku kenakan. Bukankah hidup ini lebih
bermakna daripada daging, dan raga ini lebih
bermakna dari yang dikenakan ?”.
(Matius 6: 25)

“Saksikanlah burung-burung yang berterbangan di udara; mereka tidak pernah menanam maupun memanen, ataupun
mengumpulkan hasil panenan mereka di lumbung-
lumbung; toh Bapamu yang di sorga tetap saja
berkenan memberikan santapan kepada
mereka. Tidakkah dikau ini (sebenarnya)
sebuah ciptaan yang lebih baik
daripada burung-burung ini ?”.
(Matius 6:26)

“Oleh sebab itu, janganlah berpikir apa yang akan terjadi esok hari; karena esok akan merancang dirinya sendiri. Jadi
cukupkan sudah kegelapan pada hari ini”.
(Matius 6:34)

Keterangan : Demikianlah sedikit wawasan universal yang saya petik secara pribadi dari ajaran Sri Yesus yang amat bermakna bagi umat manusia secara umum. Adalah salah kalau ajaran Kristus ini hanya berlaku bagi kaum yang menamakan dirinya Kristen, Katholik, Protestan dsb. (Nasrani), tetapi sesuai sabda-sabda Yesus setelah bangkit dari kuburannya, agar mewartakan ajaran (kabar-kabar baik ini) ke seluruh bangsa di dunia, walaupun ajaran-Nya diabaikan di Israel, tanah kelahiran-Nya sendiri. Namun sebagian umat Kristen malahan mengkafirkan ajaran lain dan memaksa umat lain dengan segala iming-iming untuk menjadi Kristen, padahal tujuan Yesus itu sendiri bersifat amat universal seperti yang dipelajari-Nya di India. Yang sesuai dengan ajaran Buddha, Krishna, Rama dan utusan-utusan Ilahi lainnya, demi keharmonisan umat manusia itu sendiri. Seperti juga halnya dengan ajaran-ajaran Al-Quran, Weda, Upanishad, Smriti, Sruti, Bhagawat-Gita, Kabalah, Taurat, Injil, dst. Kalau dimaknai intisarinya, maka akan menghasilkan wujud sinergi dan kearifan universal yang bermanfaat bagi umat manusia secara keseluruhan tanpa pembatas-pembatas yang penuh dengan kegelapan.