Karma sebagai bentuk energi

KARMA SEBAGAI BENTUK ENERGI

Kata-kata tersebut adalah ungkapan Hwee – Yong Jang, seorang penulis “The GAIA Project 2012” (The Earth’s Coming Great Changes) yang berasal dari Korea Selatan. Beliau dianugrahi kemampuan melihat masa depan bahkan melihat mahluk-mahluk asing dari luar angkasa yang sering berkunjung ke planet bumi semenjak jutaan tahun yang lalu sampai saat ini. Beliau melihat upaya-upaya dari berbagai jenis guide “mahluk-mahluk teresterial dari masa lalu, saat kini dan masa yang akan datang walaupun beliau tidak mengatakan tulisan-tulisan dan penglihatan beliau secara eksplisit berdasarkan ajaran-ajaran Dharma, namun jelas ungkapan-ungkapannya mengenai karma, reinkarnasi dan dewa-dewa, jelas bukan hal-hal yang baru bagi panganut Sanatana Dharma (Hindu, Jains, Sikh, Buddhist, dst).

Ada satu faktor yang menarik untuk disimak adalah ungkapan-ungkapannya mengenai karma sebagai bentuk energi alami : “Bumi ini sebenarnya adalah tempat manusia seharusnya belajar berbagai hal, namun pada hakekatnya di masa ini mayoritas manusia telah lupa akan identitasnya yang hakiki karena tidak dapat mengingat kembali masa-masa lalunya. Namun masih hadir sedikit sekali yang dapat mengalami gejala-gejala fenomina spiritual, dan mereka-mereka ini mampu mendeteksi gejala-gejala alam, adanya dunia-dunia lain, dan berbagai gejala-gejala gaib yang pada umumnya pada saat ini disebut sebagai “metafisika”.

Namun tetap saja “manusia-manusia super” di atas ini terbatas “pengetahuannya”, dan tidak seorangpun mampu menjelaskan dengan mendetail hakikat dari keberadaan/ manusia dan tujuan itu, apalagi kehidupan kita di bumi ini.

Dunia spiritual ini terdiri dari berlapis-lapis lokasi atau strata, dan setiap strata (dimensi) memiliki peranan-peranan khusus. Terutama bumi ini adalah lokasi di mana manusia yang hadir dari jiwa-jiwa di lokasi-lokasi (loka-loka dalam batas sansekerta) lain datang untuk belajar “mengenai masa-masa lalu”, “beraktivitas”, “beristirahat sejenak” dan “mempersiapkan reinkarnasi yang akan datang”. Apakah kita ini fauna, flora, mahluk-mahluk halus ataupun manusia, semuanya “dirancang” ke arah masa depan!

Ada pembagian-pembagian tugas di bumi ini, setelah kita semua mahluk dilahirkan, kesemuanya ini kata Hwee Yong Jang adalah kombinasi pambelajaran dari masa-masa lalu di lokasi-lokasi spiritual dan di bumi: bagi masa depan. Baginya bumi ini adalah tempat pembelajaran terakhir sebelum dipersiapkan ke tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas tersebut bisa saja berarti lahir kembali ke bumi ini atau “ditransfer” ke lokasi lain di semesta raya.

Di dalam dunia (strata) spiritual hadir mahluk-mahluk yang bertugas aneka ragam dan mereka disebut “Shin – myeong”. Sebagian mahluk-mahluk halus ini adalah penunjuk-penunjuk, jalan (guide) bagi manusia-manusia yang meninggal dunia ke arah dunia spiritual atau kembali ke dunia fisik (materi) ini. Ada juga mahluk-mahluk halus (sejenis dewa/dewi, dalam bahasa sansekerta, yang bekerja sebagai “penasehat” manusia-manusia yang dilahirkan kembali di bumi ini. Mereka inilah yang menuntun manusia melalui nurani, jadi ada sejenis rekayasa dan kesadaran spiritual bukan terjadi begitu saja!

Hadir juga sejenis mahluk yang bekerja sebagai administrator bagi jalan spiritual, mereka mereka ini mampu melihat dimensi ketiga dan keempat dunia gaib (spiritual) dan memandu manusia-manusia pilihan ke strata spiritual yang lebih tinggi (mungkin ini sama dengan resi-resi/nabi-nabi, dsb yang hadir dalam wadah-wadah manusia-manusia super unggul!). Kata Hwee lebih lanjut, di setiap planet hadir mahluk-mahluk ini, namun di bumi inilah pembelajaran dilakukan. Jadi bumi adalah semacam “training center” yang memang direkayasa semenjak jutaan tahun baik secara materi maupun spiritual oleh para mahluk-mahluk asing yang gaib ini (istilah Hindu = dewata/dev).

Dari waktu ke waktu manusia senantiasa kehilangan makna-makna kehidupan dan jati dirinya, dan para kaum suci pun bermunculan menuntun umat manusia kearah kesadaran spiritual. (Hal inipun jelas sama dengan ajaran-ajaran Upanishad dan Bhagawat Gita = dharma vs adharma. Namun pada masa-masa kini lebih banyak kekacauan di bumi ini daripada sebaliknya. Hal ini disebut sebagai “karma buruk yang meluas”. Semakin banyak penganiayaan pada mahluk-mahluk sesama dan yang lain-lain semakin banyak yang lahir kembali sebagai fauna dan mendapatkan pembalasan-pembalasan kembali dari yang dianiaya sebelumnya.

Menurut Hwee, karma dapat dijelaskan dalam bentuk-bentuk energi. Seandainya sejenis hubungan teramat khusus berakumulasi, maka energi ini akan mempengaruhi secara luas spektrum-spektrum sang pelaku dan mereka-mereka yang berada di sekitarnya sampai tuntas suatu waktu di masa-masa yang akan datang nantinya. Kebencian dengan demikian mampu mengakumulasi energi dan bobot yang amat besar, dan terpengaruhlah sang pelaku karma-karma negatif tersebut oleh kumpulan-kumpulan energinya (ini sama dengan teori hukum karma dalam Hindu Dharma).

Bagi Hwee, sistim-sistim yang berlaku dalam karma dapat dan mampu melepaskan karma-karma yang tidak dikehendaki lagi dengan berprilaku positif pada masa kini agar energi tersebut tidak ikut serta ke masa-masa yang akan datang, sampai suatu saat dituntaskan kembali.

Banyak yang percaya bahwasanya kehidupan ini dikendalikan oleh karma, dan setiap hal berasal dari karma, namun bagi Hwee tidak begitu, baginya karma adalah peraturan- peraturan ketat bagi pembelajaran-pembelajaran setiap individu. (Hal ini pun sesuai juga dengan ajaran-ajaran dharma), dan manusia-manusia ini bagi Hwee-Yong Jang adalah aktor-aktor pemeran drama sekaligus murid-murid yang sedang belajar menuju kearah level spiritual yang lebih tinggi (sama dengan berbagai ajaran Sanatana Dharma)

Baginya, penderitaan dapat dikurangi atau dihentikan melalui pemahaman reinkarnasi, namun hal ini terbatas pada manusia-manusia unggul secara spiritual saja. Mengapa begitu? Menurut Hwee, kesadaran hakiki bagi sesama manusia belum “diizinkan”, karena proses pembelajaran manusia di bumi ini belum bisa benar-benar tuntas!

Selanjutnya Hwee datang dengan teori karma baru yang belum pernah kita dengar sebelumnya : menurutnya maka memori-memori masa lalu seseorang bukan saja mempengaruhi mental seseorang tetapi dapat juga berdampak pada tubuh manusia dalam bentuk alergi yang beraneka ragam. Ada 2 jenis karma alergi, yang pertama terbentuk pada awal kehidupan dan masa kini dan satunya lagi terbawa dari masa-masa yang lampau. Yang masa lampau sudah terdeposit dalam aura seseorang semenjak masa silam dan terpicu keluar pada masa kini, sedangkan alergi yang timbul bukan akibat masa lalu adalah trauma atau efek-efek daripada daya tolak tubuh kita sendiri pada masa kini, Hal yang sama menurutnya berlaku juga bagi berbagai rasa emosi, takut, khawatir dan penderitaan manusia, Salah satu contoh adalah masa lalu yang suram dalam penderitaan seseorang terbawa ke masa kini dalam ketakutan berlebihan pada suara ledakan, atau ketakutan amat sangat sewaktu menonton tayangan-tayangan peperangan di TV (phobia). Rupanya orang ini pernah mengalami trauma berat, penderitaan akut dan kematian dirinya dan sekitarnya secara mengenaskan di masa lalu. (Hal-hal ini dijelaskan secara terperinci dalam ajaran Hindu, Jains, Buddhisme (Sanatana Dharma). Hwee tidak jauh rupanya dari ajaran-ajaran Dharma!
Hal-hal yang sama juga dapat menerangkan berbagai gangguan psikologi dan phobia-phobia manusia, yang sering tidak dapat dijelaskan oleh para dokter dan ahli-ahli jiwa modern yang biasanya bersandar pada doktrin-doktrin Barat yang baku dan tidak toleran pada unsur-unsur spiritual.

Satu contoh lagi, seorang pria semenjak kecil merasa kesakitan luar biasa pada salah satu lengannya, para dokter tidak pernah menemukan gejala maupun kerusakan syaraf-syarafnya. Namun penelitian spiritual mengungkapkan bahwasanya orang ini pernah mati kehabisan darah pada masa lalunya, karena hukuman mencuri dengan pemenggalan salah satu tangannya {Hal inipun mirip dengan ajaran karma di India, baca “(Garbha Loka”).

Ada juga yang menarik dalam tulisan Hwee : yaitu seandainya anda tertarik pada budaya, busana, makanan maupun cara-cara hidup yang bukan asal keluarga atau lingkungan anda kini, maka hal tersebut pun dampak dari masa lalu anda! Tidak mengherankan kalau ada yang pindah agama, pindah Negara bahkan cara-cara hidup yang tidak menyukai gaya hidup asal usulnya sendiri, dan hal ini bisa disengaja, direncanakan, maupun terjadi tanpa sengaja dan begitu saja, Namun semua bukan kebetulan tetapi sesuai rekayasa hasil masa lalu ke masa ke/kini.

Mungkin anda pernah mengalami mimpi-mimpi atau penampakan-penampakan lokasi yang tidak anda kenali, atau melihat hal-hal yang akan terjadi (de ja vu). Semua itu kata Hwee adalah akibat karma-karma perbuatan masa lalu. Tiba-tiba ada yang dapat berbahasa asing sewaktu trans dan sebagainya. Hal ini pun akibat budaya hidup masa lalunya. Di antara keluarga tiba-tiba ada seorang yang lain daripada yang lain baik secara IQ dan SQ (Spiritual Quotation), intelegensia maupun perilakunya? Hal inipun dampak lanjutan masa lalunya yang berakumulasi pada masa kini, bahkan ada yang bentuk dan penampakan tubuh maupun prilakunya lain dari semua saudara-saudaranya! (Baca persamaannya di Bhagawat Gita)

Mungkin ada di antara kita tiba-tiba ingin ke suatu tempat tertentu, padahal itu mungkin bertentangan dengan agama yang kita anut, atau ingin melakukan sesuatu yang ditentang keras keluarga maupun lingkungannya ? Hal-hal semacam itupun yang dianggap tidak wajar atau (normal) adalah akibat masa lalu yang tiba-tiba atau secara perlahan timbul dalam diri seseorang tersebut, apalagi memori-memori masa lalu yang sulit dijelaskan. Semua itu punya tujuan yang harus kita fahami sendiri, karena lingkungan belum tentu menunjang (pelajari kasus Lia Aminuddin, dsb).

Jadi wahyu-wahyu bukan – barang langka dan dapat turun ke siapa saja yang peka akan masa-msa lalu dan tugas-tugasnya untuk masa kini. Bagi kaum-kaum yang ortodoks dan yang tertutup nurani dan pengetahuan spiritualnya hal-hal ini disebut sesat (iblis). Bagi dunia kedokteran bahkan disebut gila!

Banyak sekali yang perlu pemahaman, bagi umat sedharma, ulasan Hwee-Yong Jang bukan hal baru, namun memakai ungkapan-ungkapan lama dalam pemahaman baru spiritualnya sendiri. Dharma itu sebenarnya tidak pernah mati, ia hanya berganti-ganti jubah dan improvasinya dari zaman ke zaman,. Dalam hal ini mempelajari Bhagawat Gita secara utuh dari seorang guru yang handal akan senantiasa menambah horizon (wawasan) pengetahuan spiritual dan duniawi kita. Hwee-Yong Jang dari Korea Selatan adalah salah satu manusia modern unggul yang memiliki wawasan-wawasan spiritual ini.

Kitapun dapat demikian dengan mempelajari ajaran-ajaran Dharma kita secara sungguh-sungguh. Apalagi umat-umat lain sudah mulai mengadopsi ajaran-ajaran karma dan reinkarnasi dalam
ajarannya masing-masing dengan memakai istilah-istilah seperti “pahala dan ganjaran”, surga dan neraka”, “Hukum Panen”, dan “kehidupan sesudah alam kubur”, dst yang tidak lain adalah fotocopy dari istilah-istilah karma phala dan reinkarnasi.

Om Shanti Shanti Shanti Om.

mohan m,s
Cisarua, Shanti Griya Ganesha Pooja
7 Jan-2009

diedit oleh : uvi antonina

Bibliography :- The GAIA Project 2012 by Hwee-
Yong Jang
– Bhagawat Gita (TL Vaswani)
– Upanishad
– Garbha Loka.