Grahana dan Vaastu-Shastra

GRAHANA DAN VAASTU-SHASTRA

Kalarau
Kalarau

Bahasa Sansekerta GRAHANA bermakna pengaruh negatif (Na) dari para graham (roh-roh jahat) dalam hal ini adalah iblis-iblis jahat Rahu, Ketu, Sunni. Kata Grahana di Indonesiakan menjadi kata gerhana. Ada gerhana bulan dan hadir juga gerhana surya (matahari). Secara astronomi maka bulan yang masuk ke posisi antara surya dan bumi akan menimbulkan efek bayangan kegelapan dan untuk beberapa waktu menghalangi matahari, hal ini disebut gerhana matahari, bisa total bisa juga parsial.

Sebaliknya kalau bumi ada di posisi antara bulan dan mentari, maka bayangan bumi akan jatuh ke permukaan bulan dan biasanya kalau terjadi pada malam hari, maka disebut gerhana bulan. Di India semenjak amat silam gerhana-gerhana ini dianggap berdampak amat buruk tetapi bisa juga kadang-kadang baik untuk kehidupan bumi dan segala mahluk-mahluknya, apalagi ke manusya. Itulah sebabnya untuk menangkal efek-efek buruk dan iblis (asuras) maka banyak dihadirkan proteksi-proteksi khususnya bagi wanita hamil, dsbnya.

Bukan itu saja, gerhana-gerhana ini juga dapat mengakibatkan dampak pada gravitas bumi dan perputarannya, dalam bentuk naiknya permukaan air laut, lebih menggoyahkan fondasi-fondasi dan lempeng-lempeng di bagian dalam bumi dan meretakkannya lebih cepat. Dahulunya ilmu astronomi yang disebut Vaastu-Shastra ini dicibir para ahli Barat, namun saat ini mulai dipergunakan untuk acuhan-acuhan pra gempa-bumi (TV-One-tgl 6 oct.09). Di Indonesia sebagian ahli-ahli gempa mulai mempelajari kebijakan-kebijakan arif lokal dari masa lalu, mereka juga mempelajari signal-signal alam dan prilaku-prilaku fauna yang aneh-aneh.

Semut-semut tertentu biasanya akan berbondong-bondong keluar dari liangnya, gajah-gajah di hutan berperilaku resah, anjing-anjing menggonggong, ada yang lemas dan resah, hilir-mudik tidak karuan, seakan-akan ingin memberi peringatan pada majikan-majikannya agar waspada karena mereka telah menditeksi getaran-getaran bumi yang lembut, awal dari suatu gempa.

Gempa tidak terjadi begitu saja dalam waktu semenit, namun semenit atau beberapa detik gempa adalah hasil akumulasi dari ratusan atau ribuan tahun atau beberapa bulan saja dari satu gerhana ke gerhana yang lain. Ingat bumi ini sebagian besar adalah air, dan air ini membentuk samudra-samudra yang selalu bergejolak dan berevaporasi (menguap) jadi hujan, tetapi bumi juga mengandung unsur-unsur cair seperti air, magma, minyak-bumi, dan gas, yang setiap hari dihisap paksa keluar oleh manusia, akibatnya terjadi ruang-ruang hampa (vacuum) di dalam bumi yang membentuk relung-relung dalam jutaan kilometer.
Sebuah Negara seperti Indonesia yang terletak di cincin api (ring of fire) gempa dengan tanah labil yang telah disedot habis gas, air dan minyaknya adalah sebuah negara penuh dengan berbagai bencana gempa yang tidak akan ada habis-habisnya sampai dengan ratusan tahun mendatang, lihat saja apa yang sedang terjadi saat ini, apalagi hutan-hutan kita mulai punah dan sulit tergantikan, kita di Indonesia sedang menuju ke pralaya lebih awal daripada negara-negara dan bangsa-bangsa lain. Sebagian kaum elit sains kita sadar akan hal ini, tetapi tidak etis mengungkapkannya agar tidak timbul kepanikan-kepanikan luar biasa.

Konon katanya Kalimantan adalah satu-satunya pulau yang akan dijauhi gempa, tetapi dengan hutan-hutannya yang telah amburadul maka apa saja bisa terjadi.Namun ratusan tahun yang akan datang mungkin hanya Kalimantan atau sebagian Papua (Irian) yang akan hadir sebagai zone agak aman.

Kembali ke Vaastu Shastra, ilmu astronomi kuno India yang mulai dimodernisasikan melalui kecanggihan komputer (India telah menjadi raksasa komputer dengan ahli-ahli tercanggih di dunia) maka tahun ini saja (2009) para ahli-ahli India mencatat adanya empat gerhana yang berdampak amat merusak, masing-masing :

1. Grahana bulan yang disebut Mangh, yang terjadi pada tanggal 7 Juli Kamis malam 2009. Yang kedua , disebut Khagaras (grahana mentari) yang jatuh pada tanggal 22 Juli 2009, Rabu pagi/Siang. Dan yang ketiga disebut Chhaya (bayangan), grahana rembulan, yang jatuh pada tanggal 6 Agustus 2009, pada malam hari. Yang ke empat disebut grahana bulan Khandagrass, yang akan jatuh pada tanggal 31 Desember 2009, dan satu lagi yang akan jatuh pada tanggal 15 Januari 2010 pagi/siang, yang satu ini disebut Kankan Krita, grahana mentari.

Sedemikian banyak nama dan jenis-jenis grahana tercatat di Vaastu-Shastra kuno ini, dan setiap grahana ini dicatat dampak-dampaknya pada manusya dan bumi secara mendetail. Kaum ahli-ahli Barat mendapatkan catatan gratis ribuan tahun yang lalu dari kaum Hindhu India namun sering menjelek-jelekkannya sebagai tahyul, padahal Vaastu Shastra adalah perhitungan aretmatika yang amat tepat dan saintifik sifatnya. Para ahli-ahli astronomi India sedang mempelajari dan memodernisasinya secara bertanggung jawab.

Biasanya gerhana mentari akan terjadi pada saat Purnima (bulan purnama), jadi amat sistematis hitungan dan kaitan-kaitannya, dan Purnima selalu dihubungkan dengan Sri Vishnu, Satya Narayana Sang Pemelihara Jagat Raya dan seluruh isinya. Maknanya “Habis gelap senantiasa terbitlah terang.”

Ternyata Vaastu-Shastra bukan itu saja, seluruh kalendar Hindu yang masih dipakai di India, Bali, Thailand, Nepal, Bhutan, China, dsb berbicara banyak tentang planet-planet lainnya di sekitar bumi ini, dan yang paling berdampak atas bumi adalah 12 planet yang disebut-sebut sebagai zodiak-zodiak berikut :
1.MEKHA (ARIES) – Kambing liar
2. VRIKHA (TAURUS) – Sapi
3. MITHUN (GEMINI) – Pasangan kembar manis biseksual.
4. KARKA (CANCER) – Kepiting yang siap menjepit.
5. SINHA (SINGA) – (LEO) – Singa yang mengeram.
6. KANYA (VIRGO) – Laki-laki playboy yang baik hati.
7. TULA (LIBRA) – Timbangan yang adil.
8. VRISCHICK (SCORPIO) – Kalajengking yang berbisa.
9. DHANK (SAGITARIUS) – Manusia purba pahlawan berbadan banteng/kuda.
10. MAKAR (CAPRICORN) – Kambing hutan yang indah, lugu dan bijak.
11. KUMB(A) – (AQUARIUS) – Kuali berisi air.
12. MEEN (baca Min) – (PISCES) – Dua ikan dengan posisi Kama sutra 69 (saling asah, asih, asuh).

Kedua belas zodiak Hindu ini diambil oleh Alexandar ke Yunani dan dikenal sebagai astrologi, sampai saat ini. Sang Buddha Gautama menggunakannya dengan simbol-simbol fauna semuanya dan dikenal sebagai SHIO di China dan dalam ajaran-ajaran Buddhis tertentu. (ke 12 fauna hadir pada saat-saat menjelang kepulangan Sang Buddha).

Vaastu-Shastra , bukanlah kalendar biasa mirip kalendar tahunan yang kita dapati pada zaman ini. Kata Vaastu berasal dari kata De(va) = dewa-dewa, cahaya Illahi (Bhagawatam) dan Aastu (kesejahteraan) contoh Om Swastriastu (Om Swastiastu), jadi maknanya bukan sekedar perhitungan tanggal, tetapi seluruh aspek-aspek widya dan devaik (positif, terang) yang diterapkan di hari-hari dan tanggsal-tanggal secara sistematis, aritmetika dan sains spiritual berdasarkan 10 dewa (planet-planet positif) dan 2 asuras (Rahu dan Ketu = 2 planet negatif), kedua planet ini sama dig jayanya dengan 10 dewa-dewi yang mensejahterakan (Astu) bumi dan seluruh ciptaan-ciptaanNya. Konon dimulai dengan tahun 2009, maka selanjutnya bumi telah memasuki era pralaya, dimulai dengan globalisasi panas, cuaca tidak terkendali, gempa-gempa tanpa kompromi, penyakit-penyakit aneh-aneh dan lain sebagainya, untuk itu tidak ada yang lebih baik daripada saling menjaga satu dengan yang lain dengan ucapan Om Swas Tri Astu (Satu Astu bagiku, satu Astu bagimu, satu astu bagi Sang Pencipta dengan segala ciptaan-ciptaanNya).

Om Shanti-shanti-Shanti Om
(Satu Shanti bagi bumi, satu Shanti bagi seluruh jajaran planet dan galaxi dan satu Shanti bagi Kekosongan (antariksa) yang menunjang seluruh kehidupan di ruang hampa Sang Pencipta ini.

Om Tat Sat

Diedit oleh : uvi antonina

Bibliography : – “Shiva Mandir”
– Vaastu Shastra
– “Saintific reports on Mother Earth
– TV-one 6-10-09.

mohan m.s,
Cisarua, 10 0ktober 2009