Arsip Kategori: Tirumantiram

Tirumantiram

Tirumantiram adalah bagian ajaran-ajaran Saiwa-Sidhantam yang telah diajarkan semenjak kurun waktu yang amat silam di daerah India Selatan. Ajaran ini telah berakar kuat dari resi ke resi dan dari generasi ke generasi yang diawali oleh seorang resi sakti nan bijak yang teramat piawai dalam berbagai ilmu dan dharma, beliau dikenal dengan sebutan Resi Tirumular.

Beliau dikenal sebagai seorang yogi yang amat penuh kasih, konon suatu hari beliau sedang menuju sebuah desa, dan diperjalanan melihat sekawanan ternak yang lalu lalang secara kacau balau, karena ditinggal mati mendadak oleh sang gembalanya.Karena kasih terhadap ternak-ternak ini, dengan kekuatan yoganya resi Tirumular memasukkan rohnya ke sang gembala dan meninggalkan raganya di semak-semak belukar.

Yang terjadi kemudian ternak-ternak ini berubah riang gembira dan digiring kembali ke desa mereka (Sang resi yang nama aslinya disebut Sundarar dan berasal dari pegunungan Kailash di Himalaya) lalu kembali ke raga yang ditinggalkannya, namun tidak dapat menemukannya kembali, raganya sirna begitu saja!

Sebenarnya raga rersebut raib karena konon katanya adalah kehendak Hyang Shiwa itu sendiri. Jadilah Sang resi terperangkap di dalam raga sang gembala, namun ia tetap berjiwa resi, ia pun meneruskan tapasnya di bawah naungan sebuah pohon beringin di daerah Thiruwawadutrai, sebuah perkampungan pemujaan Hyang Shiwa dan mengajarkan “Anbe Shiwan” (Tuhan (Shiwa) itu kasih).

Ajaran-ajaran Shiwaisme di dasarkan pada pemahaman bahwasanya Sang Pencipta Yang Hakiki itu sebenarnya hanya satu, dan seluruh ciptaan-ciptaanNya adalah sebuah keluarga besar di bumi dan semesta luas ini. Tidak seluruh ajaran-ajaran beliau dapat saya tulis disini karena aspek-aspek dan dampaknya terlalu luas dan dapat disalahgunakan, khususnya yang berhubungan dengan tantraisme dan magic, namun intisarinya adalah Keagungan Weda-Weda, agama-agama, dewa-dewa, vegetarianisme, dharma berbagai golongan, Pengetahuan Shiwa, Lingga Puranam, Asthanga-Yoga, Asanas, pranayama, siddhis, Kala-chakra, sembilan bentuk pengorbanan (Nawagundam), Jalan Ketuhanan, Dharsana, Manna Semadhi, dan ratusan ajaran-ajaran lainnya.

Ajaran Shiwa-Sidhatamnya ini berazaskan Tuhan Sang Pemilik setiap jiwa (Shiwa) sebagai PATI (Pemilik, Penguasa) yang bersinergi dengan PASU (mahluk-mahluk ciptaan-ciptaanNya) dan PASA (Sang maya) PATI-PASU-PATA, ketiga-tiganya disebut Hakiki dan Realitas, dan ajaran lurus ini tampil dengan segala sisi-sisi pluralistik dan benar. Namun ajaran ini menyebut dirinya sebagai “Suddhadwaita” Suddha berarti “tidak berkwalitas”, dan Adwaita berarti “tanpa dualitas”. Pati-Pasu-Pata walaupun tersirat tiga sebenarnya adalah suatu kesatuan yang manunggal, ajaran ini mirip dengan ajaran Resi Ramanuja, namun agak berbeda dalam filosofinya dan penalarannya.

Shiwa, Sang Pati disebut juga dengan nama Hara, Isa, Natha, Nandi,dst.Beliaulah asal mula jagat raya dan segala isinya ini, kekuatannya disebut Shakti (sakti) Shiwa dan shaktinya (Maya, Prakriti) adalah dua sisi pria-wanita (maskulin-feminine, lingga-yoni) yang bersinergi menjadi satu sebagai “(Ardhanageswara/i), dan disimbolkan sebagai “Lingga dan Yoni” dalam suatu kesatuan yang diam namun tetap beraksi. Shiwa bukan saja salah satu dari Trimurti (Brahma-Wisnu-Shiwa), namun Beliaulah asal-muasal dari Trimurti itu sendiri, Beliau juga Wiswarupa dan Wishwadika yang disaksikan Arjuna di Bhagawat-Gita, beliau juga adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud-wujud Sarupa (Tanpa Wujud) dan Arupa (beragam-ragam wujud), salah satunya Asthamurti yaitu gabungan dari panca maha bhutam, surya, chandra dan manusya. Beliau bersifatkan 8 unsur-unsur mulia yaitu : keluguan, kemurnian, menyadari hakekatNya, serba hadir dimana-mana, lepas dari noda-noda, penuh welas asih, tanpa batas dan penuh anugrah (Nirguna). Beliau berfungsi lima yaitu: Panca Kritya, menciptakan, mengayomi, mendaur ulang, tidak terlihat dan penuh anugrah.

Tidak seperti Sang Hyang Wisnu yang harus sering ber awatara, maka Shiwa tidak ber awatara, beliau sering “menganugrahkan” Dharsan-dharsan (penampakan-penampakan suci-suci Beliau) bagi para bhaktanya dari waktu ke waktu.

Manusya dan berbagai ciptaan-ciptaanNya disimbulkan sebagai Pasu (ternak), setiap jiwa adalah Pasu, setiap ternak terikat tali ke Sang penggembalanya, demikian juga di dalam kehidupan ini, manusya dan para mahluk terikat oleh tali ilusi ini, dan hal ini disebut “Awidya” “kurang pengetahuan” Ada tiga jenis awidya keterikatan ini yaitu : Anawa mala, Karma mala dan Maya mala. Karma mala dan Maya mala (kalung yang mengikat). Anawa mala sudah hadir pada setiap ciptaan dari awal mula (atom), Karma mala adalah ikatan sebab dan akibat dan Maya mala adalah ilusi dunia materi ini. Maya mala dan Karma Mala dapat dinetralisir melalui bhakti dan disiplin-disiplin spiritual, namun Anawa mala hanya dapat disirnakan olehNya semata. Sewaktu seluruh ikatan-ikatan (mala-mala) ini dapat dinetralisir, maka manusya dapat menyatu dengan Shiwa (Tuhan).

Ajaran-ajaran gembala dan ternak-ternak ini nyata sekali terdapat pada Sri Krishna (Kris=cahaya=Kristus), dan Jesus (disebut Nabi Isa) oleh Al-quran, dan sesuai dengan wacana-wacana Hyang Shiwa di Shiwa Purana bahwa Beliau akan menghadirkan Isa dan Mahamada (Mohamad) di tanah Mecca (Mekah=Timur Tengah). Ajaran Shiwais ini memang amat berpengaruh di Timur Tengah dimulai dari Yaman yang merupakan basis pertama para nelayan-nelayan Tamil ribuan tahun yang lalu, sewaktu mereka membangun desa-desa awal di sana, sampai ke pembuatan lingga-yoni terbesar di dunia yaitu Ka,abah.

Dalam salah satu ajaran, Tirumular bersenandung:

Seorang anak kecil memperhatikan sebuah mainan yang berbentuk gajah yang diukir dari kayu. Ia tertarik sang gajah ini. Namun si pengukir gajah tersebut lebih tertarik pada jenis dan kwalitas kayu, anak kecil lebih tertarik pada unsur dan wujud-wujud materi dunia dan bukan pada Sang Penciptanya.
Seorang suci, sebaliknya melihat Yang Maha Esa hadir di dalam segala-galanya, bukan pada unsur-unsur yang dihadiriNya”.

Demikianlah karya-karya resi Tirumular yang bermula dalam syair-syair indah berbicara banyak tentang berbagai aspek-aspek kehidupan, filosofi ajaran-ajaran, Tuhan dan segala manifestasiNya.

Sedikit kami hadirkan di bawah ini :

Ketuhanan Yang Maha Esa

“Ia yang hadir sama kepada semuanya, Yang Maha Murni, yang bahkan dipuja-puja para dewata, yang bahkan tidak terjabarkan oleh mereka, kepadaNya, aku berteduh, berpuja dan bermeditasi.”

“Tanpa Dia, tidak hadir pada dewata,
Tanpa Dia tidak ada pengampunan,
Tanpa Dia tidak hadir ketiga loka,
Tanpa Dia, akupun tidak mampu memasuki gerbang-gerbang KetuhananNya”

“Ia lebih panas daripada api, lebih dingin daripada air,
Namun tidak seorangpun yang faham akan anugrahNya
yang melimpah-ruah kemana-mana,
Sangat jauh Ia, namun teramat dekat selamanya,
Ia lebih welas asih daripada seorang ibu,
Kasihnya tak terbendung sedikitpun.”

“Ketujuh swarga yang harum adalah miliknya,
Namun Ia lebih senang hidup di tanah pekuburan,
Seandainya pengorbanan kita kepadaNya tulus,
Maka Ia segera hadir di hati kita.”

Ayat-ayat Tantra

Antariksa berbaur dengan antariksa,
(kekosongan dengan kekosongan)
Air kehidupan berbaur dengan cahaya,
Kasih berbaur dengan kasih,
Yang memahami hal ini disebut Shiwa-Siddhas

Kaki suci adalah Shiwa, kalau saja
Dikau memahamiNya,
Kaki suci adalah dunia Shiwa, kalau saja
Dikau memikirkaNya,
Kaki suci adalah anugrah, kalau saja
Dikau menyadariNya.

“Mereka-mereka yang malas belajar,
Tidak pantas tuk kita memandangnya,
Mereka-mereka yang malas belajar,
Tidak pantas tuk didengar kata-kataNya,
Mereka-mereka yang malas belajar,
Hanya bersahabat dengan sejenisnya,
Mereka-mereka yang malas belajar,
Kebijakan tidak akan pernah singgah padanya.”

“Ia hadir sebagai cahaya dan kegelapan,
Ia hadir sebagai Kemashyuran dan Kehinaan,
Ia hadir sebagai Raga dan Kehidupan,
Ia hadir sebagai Jalan pikiranku yang tiada pernah kehabisan.

Tidak datang dan tidak pergi,
Tidak kematian dan juga usia tua,
Tidak terlambat dan tidak terlalu awal,
Tidak ada secuilpun harapan di hati,
Itulah jalannya kaum suci,
Yang telah mencapai puncak Kesaktiannya.”

“Dengan Aksara A, Ia mencipta semesta,
Dengan aksara-aksara A dan U, Ia mencipta Shiwa dan Shakti,
Dengan aksara A,U dan M, Ia berubah menjadi cahaya,
Dengan Aksara M, ia menghadirkan ilusi (Sang Maya).

Demikian beberapa sloka di atas dalam ajaran-ajaran Resi Tirumular yang mudah dicerna kaum awam, semoga bermanfaat dari masa ke masa tuk kaum sedharma.
Om Shanti Mangalam
Om Tat Sat