Bhagavad Gita Bab XV

Bab XV

Pohon Dunia

Bersabdalah yang maha pengasih:

15.1

śrī-bhagavān uvāca

ūrdhva-mūlam adhaḥ-śākham

aśvatthaḿ prāhur avyayām

chandāḿsi yasya parṇāni

yas taḿ veda sa veda-vit

Dengan akar akar yang tumbuh keatas dan cabang cabangnya yang menurun, Ashvatta (pohon beringin yang abadi) ini dikatakanbsebagai yang tak dihancurkan. Dedaunannya adalah mantra mantra veda. Seseorang yang kenal akan pohon ini, kenl akan veda – veda.

Penjelasan: Disini Sang Krishna menerangkan atau menggambarkan Prakriti (kosmos, alam semesta atau dunia) sebagai pohon beringin yang abadi, yaitu Ashvatta. Kata Ashvatta berarti “tidak stabil” atau selalu bergoyah, pohon ini dipercaya oleh orang orang Hindu sebagai pohon beringin yang mempunyai akar akar yang tumbuh keatas, dan cabang cabangnya tumbuh kebawah. Sebenarnya bukankah dunia ini sama saja ibarat pohon beringin ini, yang abadi tetapi selalu tak pernah stabil, karena ia lahir dari sang Maya. Akar akar pohon ini tumbuh keatas, ini diartikan terpusat ke Yang Maha Esa. Jadi dunia atau alam kosmos atau Prakriti atau Sang Maya adalah ibarat ibarat pohon beringin yang tak stabil ini. Yang sebenarnya terpusat atau berakar pada yag maha Esa. Yang Maha Abadi dan stabil. Yang Maha Abadi inilah sebenarnya unsur yang abadi dan stabil dan bukanalam semesta dengan segala efek efeknya. Tetapi hanya manusia yang penuh dengan vairagya (lepas dari keterikatan duniawi) saja yang dapat melihat ” pohon dunia” ini didalam Yang Maha Pencipta dan Abadi.

Akar akar pohon ini adalah Sang Maya, pohon beringin adalah Prakriti atau alam kosmos ini. Dan tempat akar pohon ini berasal adalah Yang Maha Esa. Daun daun dari pohon ini adalah mantra mntra veda. Dedaunan yang rindang ini diartikan sebagai ilmu pengetahuan sejati atau kasih Yang Maha Esa yang memberikan naungan atau keteduhan kepada mereka mereka yang ingin berlindung dibawah pohon beringin yang rindang ini. Dengan kata lain dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita semua dapat mencari keteduhan dan perlindungan dengan mempelajari mantra mantra atau ajaran ajaran Veda. Ajaran atau pikiran pikiran agung para Resi dan orang orang suci pada masa maaa yang telah lama ailam, ajaran ajaran ini tercakup dalam Veda Veda dan kitab kitab suci lainnya.

15.2

adhaś cordhvaḿ prasṛtās tasya śākhā

guṇa-pravṛddhā viṣaya-pravālāḥ

adhaś ca mūlāny anusantatāni

karmanubandhīni manuṣya-loke

Ke bawah dan keatas tersebar cabang cabang pohon ini. Pohon ini mendapatkan sarinya dari guna guna. Obyek obyek indra adalah putik putiknya. Menurun ke bawah, tumbuh lagi akar akarnya yang lain, akar akar ini menjadi pengikat setiap tindakan di dunia manusia ini.

 

Pohon ini mempunyai banyak cabang yang tumbuh keatas dan juga tumbuh ke bawah. cabang cabang ini diartikan sebagai jiwa jiwa cabang cabang yang mencuat keatas adalah para dewa, yang kebawah adalah manusia, fauna, flora, reftil, serangga, dsb. Semua cabang cabang ini mendapatkan hidupnya dari sari atau makanan, dan makanan inilah adalah air, udara dan lain sebagainya. Yang disebut sari atau makanan ini adalah ketiga guna (sifat sifat alam dari Prakriti). Sayang sekali kita manusia sering sekali atau setiap kali lebih tertarik akan sari atau makanan pohon kehidupan ini dan tidak sadar akan fungsi akar akar yang keatas yang terpusat pada Sang Pencipta. Kita lebih tertarik atau terikat pada guna, padahal itu hanyalah makanan atau penunjang dari cabang cabang dari pohon kehidupan ini. Subyek utamanya malahan terlepas dari perhatiannkita. Karena enak dan nikmatnya makanan ini.

Sang pohon ini juga memilih putik putik bunga dan ini diartikan sebagai obyek obyek luar atau eksternal (vishaya). Pohon beringin kehidupan ini juga mempunyai bentuk akar akar yang lain yang menjuntai kebawah. Akar akar ini menurun dan mengikat pohon ini ketanah. Akar akar yang kebawah ini diartikan sebagai vasana, trishna, raga devsha. Semuanya ini adalah keinginan keinginan dan nafau nafsu duniawi dan badani. Yang mengikat pohon atau kehidupan ini pada karma (aksi) dan hukum karmanya, mengikat kita semua pada kelahiran dan kematian yang tak ada henti hentinya, akar akar yang tersembunyi didalam tanah ini(vasana) mengikat manusia dunia ini kedalam lingkaran lingkarannya yang tak ada putus putusnya.

15.3

na rūpam asyeha tathopalabhyate

nānto na cādir na ca sampratiṣṭhā

aśvattham enaḿ su-virūḍha-mūlam

asańga-śastreṇa dṛḍhena chittvā

Disini tak dapat dibedakan bentuk asli pohon ini, juga tidak akhir, asal dan dasarnya. Tertancap kuat pohon Ashvatta ini. Tebaslah pohon ini sampai tumbang dengan senjata tak keterikatan.

15.4

tataḥ padaḿ tat parimārgitavyaḿ

yasmin gatā na nivartanti bhūyaḥ

tam eva cādyaḿ puruṣaḿ prapadye

yataḥ pravṛttiḥ prasṛtā purāṇī

Dengan begitu dikau akan meniti jaln mana takbada jalan kembali, dan dengan begitu dikau akan mencapau yang maha utama yang darinya terpancar keluar prosea kosmos ini (energi yang telah ada semenjak masa yang amat silam).

Penjelasan :Sayang manysia tidak melihat atau menyadari pohon ini secara keseluruhannya dan tak mengerti akan kepentingan pohon ini. Manusia lebih terserap kepada daun daunnya, pada buah buah dan putik putiknya, dengan kata lain manusia terjebak pada rasa manis dan kenikmatn yang dikeluarkan pohon ini dan langsung terjebak didalamnya, dalam ilusi duniawi, pohon ini sendiri tampaknya tidak bermula dan tak ada akhirnya; siapa pula yang ajan pernah tahu akan asal mulanya dan akhirnya? Bukankah pohon ini berasal dari Sang Maya? Tetapi Sang Maya ada asal dan akhirnya, yaituYang Maha Pencipta. Sedangkan Sang Maya atau pohon kehidupan ini sebenarnya hanyalah pantulan atau ilusi. Dan selama kita sibuk berkelana di hamparan luasnya pohon kehidupan ini, selama itu juga kita akan sesat didalamnya tanpa jalan keluar karena begitu luas dan banyaknya jalan jalan yang salah didalamnya seakan akan tanpa akhir. Maka disitu situ juga  kita akan berkelana tanpa pernah tahu akan hal gal yang berada di luar itu, yaitu Sang Empunya pohon ini. Jalan satu satunya untuk keluar dari pohon ini adalah menebasnya sama sekali dan jalan atau metode kearah penebasan ini adalah menebas rasa keterikatan dumiawi secara total dan pasrahkan hasilnya kepada Sang Krishna, kepada Yang Maha Esa, dan Ia akan menyelamatkan kita semua dan menyatukan yang menebas pohon kehidupan ini, denganNya. Jalan ketidakterikatan duniawi ini berulang ulang ditekankan dalam Bhagavat Gita karena inilah faktor yang amat vital untuk menyadari atau mwnyingkapkan kebodohan kita, agar terbuka ilmu pengetahuan yang sejati, ilmu tentang arti dan hakikat dari kehidupan ini yang sebenarnya, agar tercapailah kesatuan antara kita denganNya, yang menjadi tujuan utama mengapa kita dilahirkan sebagai manusia yang berakal budi, tidak seperti ciptaan ciptaan yang lainNya yang berbentuk fauna, flora dan benda benda tak bergerak. ” Seseorang yang dirinya tak terikat pada obyek obyek luar. Mendapatkan kebahagiaan yang ada didalam dirinya sendiri. ” kata Bhagavat Gita, dan lagi.” Seseorang yang telah melepaskan semua keinginan, dan hidup bebas dari keterikatan, mendapat ketenangan.

” kebebasan dari keterikatan adalah penting dan perlu dihayati bagi seseorang yang ingin kenal dengan Yang Maha Esa, karena ini sudah merupakan syarat yang tidak dapat ditawar tawar lagi. Dan kebebasan dari keterikatan ini harus dilaksanakan secara sadar dan tulus dan tidak dibuat buat. Sang Jiwa di dalam raga kita harus disadrkn dri ilusinya dan sang jiwa ini (bukan SangbAtman yang bersemayam didalam jiwa ini) harus melepaskan keterikatannya akan uang, harta benda, berbagai miliknya seperti rumah, keluarga, negara, posisi, kedudukan, kemasyuran dan sebagainya. Bukan berarti semua ini harus diabaikan atau ditinggalkan tanpa tanggung jawab, tetapi rasa memiliki semua itu harus ditanggalkan, dan orang ini harus hidup secara amat sederhana saja. Dengan merasa semua itu hanyalah titipan atau ilusi yang dapat datang dan pergi setiap saat. Bukankah agama agama besar lainnya juga menyiratkan hal yang sama, bahwa harta benda duniawi ini sebenarnya hanyalah pengikat jiwa kita ke dunia ini, dan selama jiwa kita terikat pada dunia ini, bagaimana mungkin sang jiwa membersihkan dirinya agar suci dan bersih dan mengenal Tujuannya yang sejati?.

Jadi usahakanlah semaksimal mungkin tidak terikat kepada dunia atau pohon kehidupan ini. Bekerjalah demi dharma bhakti kita kepadaNya semata. Hidup dan bekerjalah demi Ia semata dengan motto atau semboyan, ” Aku ini sebenarnya tak memiliki apa apa, dan aku ini sebenarnya bukan apa apa.” Dengan menjadikan diri nol besar dan tak memiliki apapun juga di dunia ini, maka akan turunlah Berkah yang maha besar, yang kemudian akan menuntun pemuja ini kearahNya abadi dan pasti. Ia hanya dikenal oleh mereka yang tak mwmiliki apapun di dunia fana ini selain dari DiriNya yang Sejati.

Cobaan yang maha berat sebenarnya bukan harta benda. Milik atau rasa hormat ataupun keluarga, tetapi adalah diri kita sendiri. Pengorbanan atau tak keterikatan yang sejati sebenarnya adalah pemasrahan total dari diri kita sendiri. Kita mungkin bisa tak terikat pada harta benda duniawi, tetapi selama kita belum melepaskan rasa ego kita, maka jalan kepadaNya masih terasa amat jauh atau bahkan belum melepaskan rasa ego kita. Maka jalan kepadaNya masih terasa amat jauh atau bahkan nampak sia sia saja. Kata seorang sufi yang suci. ” percuma saja mengganti baju dan cara makanmu, percuma saja engkau menyantap sehelai rumput selama hidupmu atau hanya memakai sehelai baju selama hidupmu, atau mengasingkan dirimu jauh dari masyarakat kalau engkau masih terbius oleh ego juga. Rasa ego sebenarnya juga salah satu keinginan atau nafsu diri yang amat licik dan lincah mempermainkan dan menipu seseorang.

Seseorang yang benar benar tak terikat pada dunia ini adalah yang secara lahir dan batin telah berpasrah total kepadaNya. Orang semacam ini tak meminta atau bernafsu apapun juga, ia hanya menerima apa yang diberikan oleh Yang Maha Esa. ia hanya menerima semua kehendak Yang Maha Esa secara utuh dan tulus dan merasa puas dengan apa saja yang diterimanya. Ia selaku berdoa kepada Yang Maha Kuasa. ” Tuhan Engkau Maha Tahu, akan apa terbaik dan pantas untukku.” OM Tat Sat.

Seseorang pernah bertanya kepada seorang sufi mistik yang bernama Junayd Baghadi, agar memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya sang sufi dapat melihat Tuhan Yang Maha Esa. Orang itu yakin bahwa Yang Maha Esa, akan memenuhi permintaan seorang sufi yang suci ini. Tetapi apa jawab sufi ini?. Ia berkata dengan tenang. “Aku telah beritikad tidak meminta atau menginginkan sesuatu. Bukankan Nabi Musa pernah meminta melihat Tuhan dan doanya tak terkabul. Sedangkan Nabi Muhamad mendapatkanNya tanpa pernah meminta? Suatu waktu nanti kalau sudah tiba saatnya, maka Yang Maha Kuasa akan menghapus semua rintangan dan memperbolehkan aku melihatNya sendiri tanpa aku memintanya.”

Dengan cara berpasrah total kepadaNya, tanpa keterikatan duniawi, tebaslah pohon kehidupan yang penuh dengan iluai ini, agar tampak Sinar Terang Ilahi menuntun kita kepadaNya juga. Caranya dengan sekali lagi bertekad untuk tidak terikat kepada semua unsur atau obyek obyek duniawi ini dan hanya berpasrah total kepadaNya dan menerima semua kehendakNya sebagai pemberian dariNya

15.5

nirmāna-mohā jita-sańga-doṣā

adhyātma-nityā vinivṛtta-kāmāḥ

dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saḿjñair

gacchanty amūḍhāḥ padam avyayāḿ tat

Mereka pergi ke Rumah Yang Tak Dapat Dihancurkan, mereka ini tak memiliki rasa keangkuhan dan rasa moha (cinta-kasih yang mengikat), yang telah menang dan bangkit atas keterikatan yang baik dan buruk, yang selalu terpusat pada Sang Adhyatman, yang telah meninggalkan nafsu-nafsunya, yang telah bebas dari rasa dvandva (rasa dualisme yang saling bertentangan), dari kenikmatan dan penderitaan.

15.6

na tad bhāsayate sūryo

na śaśāńko na pāvakaḥ

yad gatvā na nivartante

tad dhāma paramaḿ mama

Tiada surya atau pun Chandra atau agni yang bersinar di sana; tiada juga yang setelah sampai di sana kembali lagi. ltulah kediamanKu yang suci dan agung.

Penjelasan: Maka mereka ini pun pergi ke tempat yang tak ada jalan kembali ke dunia ini. Mereka-mereka ini yang hati dan hidupnya sederhana dan tak terpengaruh oleh noda noda duniawi. Mereka yang telah mengalahkan semua ikatan-ikatan duniawi, nafsu dan emosi, yang hidupnya terfokus atau terpusat pada Sang Adhyatman, Yang Bersemayam di dalam diri mereka masing-masing, Sang Atman. Mereka ini hidup di dalam Rumah Abadi Sang Krishna, dan di Rumah ini tak diperlukan cahaya mentari, rembulan atau pun cahaya api untuk meneranginya karena cahaya Sang Krishna Sendiri sudah tak tertandingi terangnya di sana.

  1. 7

mamaivāḿśo jīva-loke

jīva-bhūtaḥ sanātanaḥ

manaḥ-ṣaṣṭhānīndriyāṇi

prakṛti-sthāni karṣati

Sebagian dari DiriKu Yang Abadi ditransformasikan dalam dunia kehidupan, ke dalam jiwa yang hidup, dan menanrik melingkupi dirinya dengan indra indra yang mana sang pikiran adalah indra yang keenam – yang terbungkus dalam bentuk benda.

Penjelasan: Dalam Pohon Kosmosnya Sang Prakriti terlahir jiwa-jiwa, individu-individu, dan lain sebagainya. Dan siapakah mereka semua ini dan juga kita? Setiap jiwa dan setiap mahluk adalah salah satu fragmen kecil dari Sang Krishna Yang Maha Esa itu Sendiri, dan setiap fragmen atau bagian kecil ini timbul atau lahir ke dunia ini sebagai. Mahluk atau individu (jiwa-bhuta), sebagai jiwa yang berkelana dalam raga-raga. Yang berlainan bentuk dan ragamnya. Ditegaskan di sini bahwa semua jiwa-jiwa ini baik yang nampak maupun yang tak terlihat oleh mata kita, berasal dari Sang Krishna juga, Yang Maha Abadi dan Esa. Inilah fakta-fakta yang dilupakan oleh manusia, dan manusia kebanyakan cenderung untuk tenggelam dalam dunia ini dengan segala kenikmatan dan penderitaannya, tetapi tidak mau mengenali diri dan jiwanya yang agung, yang merupakan sebuah fragmen dari Yang Maha Esa. Manusia cenderung mementingkan buah, cabang dari pohon kehidupan ini dari pada asal pohon ini.

Fragmen-fragmen atau jiwa-jiwa ini kemudian diatur sedemikian rupa oleh Prakriti (Alam) agar terbungkus oleh indra-indra kita yang jumlahnya semua adalah lima indra organ dan satu indra pikiran. Sang Jiwa ini kemudian diatur sedemikian rupa sehingga bebas memilih terjerumus ke dalam nafsu-nafsu duniawi atau menyibak pembungkus Prakriti ini sehingga dapat melihat Sinar Terang yang sebenamya ada di dalam dirinya sendiri, yaitu Sang Adhyatman, Sang Jati Diri, atau Yang Maha Esa itu Sendiri dalam bentukNya yang kecil. Sang Krishna adalah Adi Purusha (Manusia Yang Terutama) di dalam (1) setiap jiwa yang berbentuk aneka-ragam dan (2) dan sebagai Alam Semesta secara keseluruhan. Ia lah Sang Jati Diri, Sang Jiwa dalam yang besar dan kecil, dalam alam semesta dan dalam mahluk-mahluk, roh-roh atau jiwa-jiwa, secara menyeluruh dalam setiap yang hidup ini. Ia adalah Adhyatman (Sang Atman Yang Tertinggi, Terutama dan menyeluruh dan sumber dari semua jiwajiwa ini)!

15.8

śarīraḿ yad avāpnoti

yac cāpy utkrāmatīśvaraḥ

gṛhītvaitāni saḿyāti

vāyur gandhān ivāśayāt

Sewaktu Yang Maha Esa (Sang Jiwa) memasuki sebuah raga dan sewaktu la meninggalkannya, Ia membawa serta semua indra dan pikiran ini dan pergi bersama mereka, ibarat sang angin yang menerbangkan wewangian dari tempat asalnya. (Contoh: wewangian bunga yang terbangkan jauh dari sang bunga itu sendiri.)

Penjelasan: Sang Jiwa yang mengembara di alam kosmos ini dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya, selalu membawa serta semua indra-indra ini dalam tubuh halusnya. Semua ini kemudian jadi asal-mula karma barunya lagi dalam kelahiran yang berikutnya.

15.9

śrotraḿ cakṣuḥ sparśanaḿ ca

rasanaḿ ghrāṇam eva ca

adhiṣṭhāya manaś cāyaḿ

viṣayān upasevate

Secara suci bersemayam di telinga, di mata, di kulit dan di hidung dan juga di dalam pikiran la menikmati obyek-obyek sensual.

15.10

utkrāmantaḿ sthitaḿ vāpi

bhuñjānaḿ vā guṇānvitam

vimūḍhā nānupaśyanti

paśyanti jñāna-cakṣuṣaḥ

Mereka yang tidak sadar (kurang pengetahuannya) tidak menyadariNya sewaktu la berpisah atau beristirahat atau merasa, sesuai dengan kerjasamaNya dengan guna-guna. Tetapi mereka yang memiliki mata kebijaksanaan dapat melihat.

15.11

yatanto yoginaś cainaḿ

paśyanty ātmany avasthitam

yatanto ‘py akṛtātmāno

nainaḿ paśyanty acetasāḥ

Para yogi pun yang berusaha melihatNya di dalam diri mereka; tetapi mereka yang tidak sadar, yang tidak bersih, mereka berjuang tetapi tidak melihatNya.

Penjelasan: Bagi mereka-mereka yang bijaksana dan berpengetahuan (dalam agama Hindu selalu dipergunakan kata berpengetahuan untuk mereka yang sadar akan Yang Maha Esa dan kata bodoh atau kurang-pengetahuan untuk mereka yang masih jauh dariNya. dan masih bergelimang akan dosa-dosa. Kata dosa jarang dipergunakan), maka

Terlihatlah oleh mereka Sang Atman yang bersemayam di dalam raga kita dengan menikmati obyek-obyek indra, Ia terlihat hadir di telinga, di mata, di kulit, di lidah, di hidung dan di pemikiran (pikiran) kita. Bagi yang masih kurang sadar (agnana), maka kenyataan ini tidak nampak oleh mereka, walau pun sebenarnya banyak di antara mereka yang berjuang ke arah Yang Maha Esa. Mengapa begitu? Karena sebenarnya mereka-mereka ini masih terselimut oleh ego mereka, sehingga tidak sucilah diri mereka ini. Ingatlah! Sedikit saja ego itu masih tersisa di dalam diri kita maka masih jauh kita ini dari Yang Maha Esa, ingat juga walau pun itu ego yang baik sifatnya, selama namanya masih ego dan bukan demi Yang Maha Kuasa, maka selama itu pula jauh kita ini dari Yang Maha Esa!

15.12

yad āditya-gataḿ tejo

jagad bhāsayate ‘khilam

yac candramasi yac cāgnau

tat tejo viddhi māmakam

 

Ketahuilah bahwa gemerlapnya cahaya sang surya yang menerangi dunia ini, dan cahaya rembulan dan api, semua kebesaran itu datang terpancar dariKu.

15.13

gām āviśya ca bhūtāni

dhārayāmy aham ojasā

puṣṇāmi cauṣadhīḥ sarvāḥ

somo bhūtvā rasātmakaḥ

Memasuki bumi ini, Kutunjang semua mahluk dengan energi vitalKu dan, dengan menjadi cairan lembut dari Sang Chandra (sari Soma) yang nikmat, Kuhidupi semua tumbuh-tumbuhan.

15.14

ahaḿ vaiśvānaro bhūtvā

prāṇināḿ deham āśritaḥ

prāṇāpāna-samāyuktaḥ

pacāmy annaḿ catur-vidham

Dengan menjadi api-kehidupan, yang bersemayam di dalam raga setiap mahluk yang bernafas, dan menyatu dengan kehidupan (nafas yang ditarik dan yang dikeluarkan), Kucernakan semua bentuk makanan (empat jenis makan).

15.15

sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo

mattaḥ smṛtir jñānam apohanaḿ ca

vedaiś ca sarvair aham eva vedyo

vedānta-kṛd veda-vid eva cāham

Dan Aku bersemayam di dalam hati semuanya; dan dariKu timbul memori (ingatan) dan gnana (pengetahuan atau kesadaran) dan kekuatan yang menangkis dan menolak keragu-raguan atau pikiran-pikiran yang negatif. Akulah yang dimaksud dalam Veda-Veda, dan Akulah yang dimengerti oleh Veda-Veda ini. dan juga Akulah Pengarang Vedanta ‘akhir’ dari Veda.

Penjelasan: Sang Krishna atau Yang Maha Esa adalah kehidupan total dari alam semesta ini. Setiap unsur dari alam semesta ini berasal dariNya atau dengan kata lain Ia juga semuanya ini. Ia juga sumber dari energi di alam semesta ini, Ia juga cahaya yang bersinar di dalam matahari, rembulan dan api. Ia juga sari Soma dalam rembulan yang menghidupi tumbuh-tumbuhan di bumi ini. Ia juga api-kehidupan dalam setiap manusia dan mahluk-mahluk lainnya, Ia lah sumber tanpa batas dari segala-galanya. Ia juga yang bersemayam dalam pikiran kita yang membedakan antara pikiran yang jahat dan yang baik. Ia juga yang selalu disebut-sebut dalam Veda~Veda dan kitab kitab suci lainnya sebagai Tujuan Yang Abadi, Tuhan Yang Maha Esa, bahkan Ia sendiri adalah Sang Pengarang dari Vedant, yaitu kitab suci Hindu yang terakhir dalam jajaran kitab -kitab Veda.

15.16

dvāv imau puruṣau loke

kṣaraś cākṣara eva ca

kṣaraḥ sarvāṇi bhūtāni

kūṭa-stho ‘kṣara ucyate

Ada dua Purusha (energi) di dunia ini, yaitu yang dapat binasa dan yang tak dapat binasa. Yang dapat binasa adalah semua mahluk dan benda-benda, yang tak dapat binasa disebut Kutashta (duduk secara tegar, terbungkus oleh misteri dan bersemayam dalam Sang Maya).

5.17

uttamaḥ puruṣas tv anyaḥ

paramātmety udāhṛtaḥ

yo loka-trayam āviśya

bibharty avyayā īśvaraḥ

Ada lagi seorang Purush -Yang Maha Tinggi -Yang disebut Purushottama (Sang Jati Diri Yang Suci dan Agung). la menunjang semuanya; la menghidupi ketiga loka-loka ini. la lah Yang Maha Abadi (Yang Tak Dapat Binasa).

15.18

yasmāt kṣaram atīto ‘ham

akṣarād api cottamaḥ

ato ‘smi loke vede ca

prathitaḥ puruṣottamaḥ

Karena Aku berada di atas yang dapat binasa, dan juga Aku lebih tinggi dari yang tak dapat binasa, maka baik di dunia ini maupun di dalam Veda Aku dikenal sebagai Manusia Yang Maha Agung dan Suci.

Penjelasan: Ada tiga bentuk Purusha, atau orang atau energi di alam semesta ini:

  • Disebut Kshara-prakriti atau berarti yang tidak abadi, yang dapat berganti-ganti, sama dengan semua mahluk dan benda-benda yang dapat binasa.
  • Akshara-prakriti atau Kutashta (yang duduk tegar bagaikan batu di dalam Sang Maya) -yaitu Sang J iwa atau Chaitanya-shakti yang melahirkan bentuk purusha yang pertama tadi.
  • Uttama Purusha, atau Purushorrama, Paramatman, atau Sang Jati Diri Yang maha Agung dan Suci. Ia adalah Yang Maha Esa Yang menunjang, menghidupi, menghadirkan alam semesta ini. Ia lah Sang Krishna Yang Maha Pengasih dan Penyayang. 0m Tat Sat.

Di bab VII, oleh Sang Krishna, kedua bentuk energi ini disebut Purusha dan Prakriti,

sebagai dua buah bentuk dari PrakritiNya. Di bab XV ini, Sang Krishna menyebut kedua-duanya sebenarnya bermakna sama, yaitu dua bentuk Energi (atau Upadhi) dari Satu Purusha Yang Maha Agung dan Suci, yaitu Yang Maha Esa, Sang Purushottama, Sang Krishna, Yang Hadir dan Berkuasa di atas Kshara dan Aksara.

15.19

yo mām evam asammūḍho

jānāti puruṣottamam

sa sarva-vid bhajati māḿ

sarva-bhāvena bhārata

Seseorang yang telah sadar, mengenalKu sebagai Purushottama. orang ini tahu akan semua hal dan ia memujaKu dengan seluruh jiwanya. oh Arjuna!

15.20

iti guhyatamaḿ śāstram

idam uktaḿ mayānagha

etad buddhvā buddhimān syāt

kṛta-kṛtyaś ca bhārata

Demikian telahKu beritahukan kepadamu ajaran yang amat rahasia ini, oh Arjuna! Seseorang yang tahu akan hal ini, adalah orang yang telah mencapai penerangan dan tugas-tugasnya selesai sudah, oh Arjuna!

Penjelasan:  Ilmu pengetahuan tentang Sang Krishna sebagai Purushottama menuntun seseorang ke arah bhakti (dedikasi tulus tanpa pamrih). Ilmu atau pengetahuan ini memberikan rasa pengertian atau penerangan akan Yang Maha Esa dan segala aspek aspekNya yang terlihat di alam semesta dan diri kita. Dan seseorang yang telah sadar akan hal ini adalah orang yang telah mendapatkan penerangan Ilahi, dan menurut Sang Krishna selesai sudahlah tugas-tugas dan kewajibannya di dunia ini. Orang ini lalu sadar bahwa semua yang manis dan baik dalam hidup ini, seperti sahabat-sahabat, orang-orang yang dikasihinya, kekayaan, kesehatan, ilmu-ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, hanyalah merupakan ‘bunga-bunga’ dan ‘buah-buah’ kehidupan belaka, yang merupakan hadiah atau pemberian Sang Purushottama kepadanya, untuk digunakan demi menunjang kehidupannya selama ia berkelana di dunia ini. Ia tak akan pernah lupa, bahwa tujuannya ke dunia ini sebenarnya adalah untuk mengenal Yang Maha Esa, bekerja demi Yang Maha Esa, dan berusaha untuk kembali kepadaNya lagi secara sadar. Untuk mencapai Rumah Yang Maha Esa ini maka semua materi-materi yang merupakan penunjang hidupnya di dunia ini harus ditinggalkannya, bukan diikat erat-erat dengannya. Seseorang yang secara sejati telah menyadari akan hakikat ini disebut Vairagi. Ia sadar dunia beserta seluruh isinya dapat binasa, tetapi Yang Maha Esa adalah Abadi. Pemuja semacam ini walau sehari-hari tetap bekerja seperti biasa dan sesuai dengan kewajibannya; sebenarnya secara spiritual tugas-tugasnya di dunia ini telah selesai, karena walau masih memiliki raga ia sudah mencapai dan mengenal Sang Misteri Yang Maha Agung dan Suci, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang memiliki Keajaiban-Keajaiban Yang Tak Tertandingi. Pemuja yang suci ini di dalam hidupnya telah mencapai Nirvana. 0m Tat Sat.

Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Krishna dan Arjuna, maka bab ini adalah yang kelima belas dan disebut:

Purushottama Yoga

 atau

Ilmu Pengetahuan tentang Manusia Utama Yang Maha Agung dan Suci.