Bhagavad Gita Bab XI

Bab XI
Penjelmaan Sang Krishna

Berkatalah Arjuna:

11.1
Arjuna uvāca
mad-anugrahāya paramaḿ
guhyam adhyātma-saḿjñitam
yat tvayoktaḿ vacas tena
moho ‘yaḿ vigato mama

Dengan kasih-sayangMu Dikau telah menyibakkan rahasia Nan agung mengenai Jati Diri (Sang Atman), dan sabda-sabdaMu telah menghapus kebodohanku.

Penjelasan: Sang Arjuna rupanya telah mulai sadar, dan pupus atau hapus sudahlah kebodohannya yang berbentuk moha (keterikatan, pada sanak-keluarga). Sabda sabda Sang Krishna bahwa Ia lah Yang Sang Brahman, Sang Atman Yang Hadir dalam setiap unsur dan mahluk dan selalu bersifat abadi, membuat Sang Arjuna dipenuhi oleh rasa aman, damai, tentram dan sentosa. Sadarlah IA dari kegelapan yang selama ini menyelimutinya, dan tak ragu-ragu lagi IA menghadap perang Baratayudha yang ada dihadapannya. Bukankah sebenarnya setiap saat, setiap hari adalah perang besar antara kita manusia dengan lingkungan disekitar kita, dengan hati-nurani kita, dengan keserakahan kita dan orang lain dalam berbagai bentuk seperti moha, loba, ahankara dan sebagainya.

11.2
bhavāpyayāu hi bhūtānāḿ
śrutau vistaraśo mayā
tvattaḥ kamala-patrākṣa

māhātmyam api cāvyayām

Aku telah mendengar dariMu secara penuh, oh Krishna, tentang kelahiran dan kematian yang ada, dan juga tentang keagunganMu yang tak terbinasakan.

11.3
evam etad yathāttha tvām
ātmānaḿ parameśvara
draṣṭum icchāmi te rūpam
aiśvaraḿ puruṣottama

Dikau adalah, oh Tuhan, Yang Maha Kuasa, seperti yang Dikau atakana tentang DiriMu. Tetapi aku berhasrat melihat bentukMu yang agung dan suci, oh Purushottama (manusia yang terutama).

11.4

manyase yadi tac chakyaḿ

mayā draṣṭum iti prabho

yogeśvara tato me tvaḿ

darśayātmānam avyayām

Seandainya Dikau menghendaki, oh Tuhan, bahwa olehku dapat terlihat, maka bukakanlah kepadaku, oh Yang Maha Memiliki llmu pengetahuan (yoga), bentuk diriMu yang tak terbinasakan.

Penjelasan: Arjuna yang selama ini telah mendengarkan sabda-sabda suci Sang Krishna mengenai kelahiran dan kematian semua yang ada di dunia ini dan juga mengenai diri Sang Krishna sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Yang Maha Esa Sendiri dengan segala-segala tindakan-tindakanNya yang kreatif dan penuh kasih terhadap semua mahluk, sekarang ini berhasrat sekali untuk melihat sendiri atau untuk membuktikan apa yang telah didengarkannya selama ini. Melihat dan membuktikan memang lebih meyakinkan dari pada mendengarkan, maka Arjuna pun memohon Sang Yogeshwara (Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Pemilik Semua Ilmu Pengetahuan) agar sudi diperlihatkan kepadanya bentukNya yang suci dan agung itu, yang tak terbinasakan. Arjuna ingin sekali melihat Sang Krishna dalam bentukNya sebagai Parameshvaram dan Purushottama, Yaitu sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Agung, dan juga sebagai Manusia Yang Maha Kuasa dan Agung (Vishnu).

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

11.5

śrī-bhagavān uvāca

paśya me pārtha rūpāṇi

śataśo ‘tha sahasraśaḥ

nānā-vidhāni divyāni

nānā-varṇākṛtīni ca

Saksikanlah, oh Arjuna, bentukKu yang erates-ratus dan beribu-ribu jumlahNya (rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan bentuk-bentukNya.

11.6

paśyādityān vasūn rudrān

aśvinau marutas tathā

bahūny adṛṣṭa-pūrvāṇi

paśyāścaryāṇi bhārata

 Saksikanlah para Aditya, para Vasu, para Rudra, kedua Ashvin, dan para Marut. Saksikanlah, oh Arjuna, keajaiban-keajaiban yang tak pernah terlihat sebelum ini.

11.7

ihaika-sthaḿ jagat kṛtsnaḿ

paśyādya sa-carācaram

mama dehe guḍākeśa

yac cānyad draṣṭum icchasi

Saksikanlah hari ini, oh Arjuna, seluruh alam semesta dan isinya yang bergerak dan yang tak bergerak, dan apapun juga yang ingin dikau saksikan semua terpusat pada tubuhKu.

Penjelasan: Sang Krishna segera menerangkan kepada Arjuna tentang bentuk-bentuk dan rupa-rupa yang akan segera disaksikan oleh Arjuna, yaitu yang tak terhitung jumlahnya dan bentuknya, maupun warna-warninya, yang merupakan gabungan dari para dewa seperti Aditya, yaitu dewa-dewa yang ada hubungannya dengan matahari, Vasu, Rudra (dewa-dewa malapetaka), Ashvin (dewa penolong orang orang sakit yang dikenal sebagai tabib-tabib suci), Marut dan ciptaan-ciptaanNya yang terkecil dan tak terlihat oleh manusia.

Sang Krishna pun dengan senang hati ingin memperlihatkan kepada Arjuna bentuk-bentukNya yang bergerak dan tak bergerak bahkan seluruh kosmos (alam semesta) yang terkonsentrasi atau terpusat pada DiriNya Tetapi penyaksian Ilahi semacam ini tidak mungkin terlihat dengan mata duniawi, maka Sang Krishna pun segera memberikan mata suci (divyam chakshuh) kepada Arjuna agar terlihat olehnya semua bentuk-bentuk suci dari Yang Maha Esa olehnya. Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik, seorang yang sudah sadar dan dapat “melihat kedalam.” Ini mengingatkan kita kepada salah seorang nabi bangsa Yahudi yang pernah memohon kepada Yang Maha Esa, “Tuhan, bukalah matanya agar ia dapat melihat.” Dan hal ini berlaku untuk kita semuanya, mohon dan berdoalah selalu kepada Yang Maha Esa agar dibukakan mata dan hati kita agar dapat kita melihat dan menyadari atau mengenalNya secara sejati. Sebenarnya semua jalan ke arah Yang Maha Esa sudah tersedia di sekitar kita, yang diperlukan hanyalah “membuka mata” kita sedikit saja.

11.8

na tu māḿ śakyase draṣṭum

anenaiva sva-cakṣuṣā

divyaḿ dadāmi te cakṣuḥ

paśya me yogam aiśvaram

Tetapi, sebenarnya. Dikau tak Akan dapat meyaksikanKu dengan mata duniawimu ini, makaKu berkahkan kepadamu mata suci. Saksikanlah yogaKu Yang Maha Dahsyat (kekuatan yang suci dan agung).

Penjelasan: Sekarang tibalah saatnya Arjuna melihat bentuk Yang Maha Suci dan Agung di dalam diri Sang Krishna. Di dalam diri Sang Krishna nampak terpusat seluruh alam semesta dan semua itu terbuka untuk dilihat oleh Arjuna, dengan mata Ilahi yang dikaruniakan oleh Sang Krishna.

Berkaralah Sanjaya:

11.9

sañjaya uvāca

evam uktvā tato rājan

mahā-yogeśvaro hariḥ

darśayām āsa pārthāya

paramaḿ rūpam aiśvaram

Setelah bersabda demikian, oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Krishna) kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada Arjuna.

Penjelasan: Sang Krishna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan Penuh dengan keajaiban~ keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

11.10

aneka-vaktra-nayanam

anekādbhuta-darśanam

aneka-divyābharaṇaḿ

divyānekodyatāyudham

Dengan jumlah mulut dan mata yang tak terhitung banyaknya, dengan jumlah keajaiban-keajaiban yang tak terhitung nampaknya. Dengan jumlah hiasan badan Nan suci yang tak terhitung jumlahnya dan dengan senjata-senjata Ilahi yang tak terhitung banyaknya yang semuanya terlihat terangkat;

11.11

divya-mālyāmbara-dharaḿ

divya-gandhānulepanam

sarvāścarya-mayā ḿ devam

anantaḿ viśvato-mukham

 Dengan memakai kalungan-kalungan bunga dan jubah-jubah sorgawi semerbak mewangi dengan wewangian sorgawi, penuh dengan kemukjizatan, terang-benderang, tanpa batas dan wajah yang memandang ke setiap arah.

Penjelasan: Sang Krishna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan dalam manifestasiNya yang beraneka ragam, yang mulut dan mataNya tersebar di mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak memakai jubah

Jubah dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi. Juga nampak mengenakan hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata simbolis sorgawi di mana-mana Dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak semua senjata-senjata ini siap terangkat ke atas.

11.12

divi sūrya-sahasrasya

bhaved yugapad utthitā

yadi bhāḥ sadṛśī sā syād

bhāsas tasya mahātmanaḥ

Kalau saja dapat seribu mentari bersinar pada saat yang sama, mungkin demikianlah kedahsyatan yang terpancar dari Mahluk Itu.

Penjelasan:Terang-benderangnya atau kemerlapanNya begitu dahsyat sehingga dibandingkan dengan seribu mentari yang bersinar sekaligus, bayangkan bagaimana dahsyat Yang Maha Esa ini dengan segala kekuasaan dan keperkasaanNya.

11.13

tatraika-sthaḿ jagat kṛtsnaḿ

pravibhaktam anekadhā

apaśyad deva-devasya

śarīre pāṇḍavas tadā

Di situlah Arjuna menyaksikan seluruh alam semesta beserta segala isinya yang beraneka-ragam teruntai menjadi satu, di dalam raga Tuhan nya para dewa-dewa.

Penjelasan : Dengan mata sucinya, Sang Arjuna melihat Yang Maha Esa, Tuhan dari segala tuhan dan dewa-dewa, melihat seluruh untaian kehidupan kosmos yang beraneka-ragam jumlahnya tanpa akhir tetapi teruntai menjadi suatu kesatuan di dalam Yang Maha Esa.

11.14

tataḥ sa vismayāviṣṭo

hṛṣṭa-romā dhanañjayaḥ

praṇamya śirasā devaḿ

kṛtāñjalir abhāṣata

Kemudian, IA, Arjuna, penuh takjub, bulu-bulunya tegak berdiri, menundukkan kepalanya dan menyembahNya dengan kedua tangannya yang terkatub, IA berkata:

Penjelasan: Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:

Berkatalah Arjuna:

11.15

Arjuna uvāca

paśyāmi devāḿs tava deva dehe

sarvāḿs tathā bhūta-viśeṣa-sańghān

brahmāṇam īśaḿ kamalāsana-stham

ṛṣīḿś ca sarvān uragāḿś ca divyān

Yah! Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci!

Penjelasan: Arjuna yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. IA melihat dan menerangkan semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Krishna IA melihat semua bentuk-bentuk dewa-dewi sgci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci yang ditemuinya di dunia.

11.16

aneka-bāhūdara-vaktra-netraḿ

paśyāmi tvāḿ sarvato ‘nanta-rūpam

nāntaḿ na madhyaḿ na punas tavādiḿ

paśyāmi viśveśvara viśva-rūpa

Dikau lah Tuhan dari semuanya ini. Kulihat tangan~tangan dan dada-dadaMu. Dalam bentuk yang beraneka-ragam, tetapi tak kulihat bagian tengahMu atau permulaan dan akhirMu!

Penjelasan: Terlihat oleh Arjuna bentuk Sang Krishna yang tanpa batas, dan hadir dalam berbagai bentuk sorgawi dan duniawi disetiap penjuru alam semesta, dan setiap bentuk ini lengkap dnegan wajah, mulut, dada, dan sebagainya dalam suatu kesatuan kehidupan yang berlainan dan amat bervariasi. Dalam bentuk kaleidoskopik ini, Yang Suci dan Agung, Sang Krishna hadir sebagai Yang Tak Bermula atau Berakhir. Semua aspek-aspek ini hadir dalam bentuk suciNya.

11.17

kirīṭinaḿ gadinaḿ cakriṇaḿ ca

tejo-rāśiḿ sarvato dīptimantam

paśyāmi tvāḿ durnirīkṣyaḿ samantād

dīptānalārka-dyutim aprameyam

Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada, Kulihat Dikau gilang gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya: terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang bersinar di setiap sisi!

Penjelasan: Kata-kata Arjuna di sini bisa juga berarti bahwa Sang Krishna atau Yang Maha Esa hadir di mana-mana tanpa batas dan diskriminiasi, ibarat sinar matahari yang bersinar di setiap sisi dan sudut bumi ini secara adil dan merata.

11.18

tvām akṣaraḿ paramaḿ veditavyaḿ

tvām asya viśvasya paraḿ nidhānam

tvām avyayāḥ śāśvata-dharma-goptā

sanātanas tvaḿ puruṣo mato me

Dikaulah Yang Aksharam – Yang Maha Esa, Dikaulah tempat beristirahat semuanya yang ada di dunia ini, Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa, Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan!

Penjelasan: Aksharam berarti yang tak terbinasakan. IA juga tempat bersemayam kita semua, sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan hasil-hasil rencana kita. IA juga Yang selalu menjaga agar dharma (kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. IA juga yang tak akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan selalu hadir dan ada walau pun yang lainnya sudah binasa semua. Kulihat Dikau, Tuhan! Sebagai Yang tunggal tanpa asal, tanpa tengah, tanpa akhir.

11.19

anādi-madhyāntam ananta-vīryam

ananta-bāhuḿ śaśi-sūrya-netram

paśyāmi tvāḿ dīpta-hutāśa-vaktraḿ

sva-tejasā viśvam idaḿ tapantam

 Kulihat Dikau sebagai kekuatan dahsyat. Tangan-tanganMu yang tak terhitung jumlahnya, rembulan dan mentari sebagai mata-mataMu, WaJahMu bak api yang membara!

Penjelasan: Arjuna melihatNya sebagai yang tak bermula, tak terlihat juga masa tengah maupun akhirNya. karena memang Ia tak pernah dilahirkan dan tak akan binasa. Yang Maha Kuasa banyak tangannya, ini menandakan kekuasaanNya dan kehadiranNya yang tanpa batas. Dan api yang membara yang terlihat oleh Arjuna adalah dpi pengerobananNya yang menghangatkan dunia ini dengan kebesaran dan kasih-sayangNya. “

11.20

dyāv ā-pṛthivyor idam antaraḿ hi

vyāptaḿ tvayaikena diśaś ca sarvāḥ

dṛṣṭvādbhutaḿ rūpam ugraḿ tavedaḿ

loka-trayaḿ pravyathitaḿ mahātman

Dunia ini dari batas ke batas, dari kutub ke kutub, penuh dengan Dikau semata, seisi alam ini penuh! Melihat pemandangan yang menggetarkan dan menakjubkan dariMu ini, ketiga dunia ini tenggelam, oh Yang Maha Perkasa!

Penjelasan: Seluruh alam semesta yang tanpa batas ini penuh dengan Yang Maha Esa semata, dan dengan penuh takjub dan gentar ketiga dunia beserta segala isi dan mahluk-mahluknya menunduk dan bersujud hormat kepada Yang Maha Esa.

11.21

amī hi tvāḿ sura-sańghā viśanti

kecid bhītāḥ prāñjalayo gṛṇanti

svastīty uktvā maharṣi-siddha-sańghāḥ

stuvanti tvāḿ stutibhiḥ puṣkalābhiḥ

Jajaran para dewa mendekat dan menyatu denganMu, mereka mengatubkan kedua telapak tangan mereka dengan ketakutan, MemujaMu! Para Resi dan Siddha (mereka yang telah sempurna) berteriak, “Hidup, hidup!” Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!

11.22

rudrādityā vasavo ye ca sādhyā

viśve ‘śvinau marutaś coṣmapāś ca

gandharva-yakṣāsura-siddha-sańghā

vīkṣante tvāḿ vismitāś caiva sarve

Para Rudra. dan para Aditya, juga para Vasu, para Sadhya, Siddha, Vishva. Usmapa, para Marut, Ashvin, Yaksha, Asura, dan para Gandharava semuanya memandangMu dengan takjub!

Penjelasan: Semua dewa-dewi dan penghuni sorga dan loka-loka lainnya takjub akan kebesaranNya yang tanpa batas ini. Rudra (dewa-dewa bencana dan maut). Vasu (dewa-dewa kekayaan), Sadhya (dewa-dewa yang tinggal diantara sorga dan bumi), Aditya (dewa-dewa matahari), Vishva (dewa-dewa yang berhubungan dengan ketabahan), Marut (dewa-dewa yang berhubungan dengan udara). Ushamapa (dewa-dewa peminum hawa panas). Gandharva (para penyanyi sorgawi), Yaksha (dewa-dewa harta), Asura (setan-setan).

11.23
rūpaḿ mahat te bahu-vaktra-netraḿ
mahā-bāho bahu-bāhūru-pādam
bahūdaraḿ bahu-daḿṣṭrā-karālaḿ
dṛṣṭvā lokāḥ pravyathitās tathāham

(Melihat) bentukMu yang perkasa dengan mulut dan mata, benda-benda dan kaki yang tak terhitung jumlahnya, dan tangan-tangan yang begitu luasnya, perut dan gigi yang tak terhitung banyaknya, seluruh loka-loka ini melihat dan tergetar, begitu pun daku!

11.24

nabhaḥ-spṛśaḿ dīptam aneka-varṇaḿ

vyāttānānāḿ dīpta-viśāla-netram

dṛṣṭvā hi tvāḿ pravyathitāntar-ātmā

dhṛtiḿ na vindāmi śamaḿ ca viṣṇo

 Kulihat Dikau menyentuh langit-langit, membara dengan warna-warni mulutMu terbuka lebar dan mataMu bersinar-sinar, kala kulihat Dikau sepert ini; Kalbuku tergetar, kekuatanku sima, dan aku tak memiliki kedamaian lagi.

Sloka 25.

daḿṣṭrā-karālāni ca te mukhāni

dṛṣṭvaiva kālānala-sannibhāni

diśo na jāne na labhe ca śarma

prasīda deveśa jagan-nivāsa

Oh, tajam seperti baranya api Waktu, kulihat mulut-mulutMu yang bertaring menakutkan! Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada. Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan! Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini!

Penjelasan: Alam semesta dan isinya semua seakan-akan terkena “teror” yang mahadahsyat melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. Ia melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya semata, dan terlihat juga Ia ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak positif dalam setiap tindakan kita.

11.26

 

amī ca tvāḿ Dhṛtarāṣṭrasya putrāḥ

sarve sahaivāvani-pāla-sańghaiḥ

bhīṣmo droṇaḥ sūta-putras tathāsau

sahāsmadīyair api yodha-mukhyaiḥ

Ke dalam mulutMu yang terbuka lebar, dan bergigi menyeramkan dan terlihat menakutkan, masuklah mereka dengan amat cepat

11.27

 

vaktrāṇi te tvaramāṇā viśanti

daḿṣṭrā-karālāni bhayānakāni

kecid vilagnā daśanāntareṣu

sandṛśyante cūrṇitair uttamāńgaiḥ

Semua putra-putra Dhritarastra, dan beserta mereka, para raja-raja, dan Bhisma. Kama, Dronacharya. dan semua pendekar-pendekar agung tuan~rumah kami, banyak terperangkap diantara gigi-gigi dan terlihat kepala-kepalanya, terjepit dan pecah dan berjatuhan menjadi debu dan binasa. Diantara geraham-gerahamMu tergeletak pahlawan-pahlawan terbaik dari kedua laskar ini!

11.28

 

yathā nadīnāḿ bahavo ‘mbu-vegāḥ

samudram evābhimukhā dravanti

tathā tavāmī nara-loka-vīrā

viśanti vaktrāṇy abhivijvalanti

Bagaikan air bah sungai yang mengalir deras dan menyatu dengan lautan_ begitulah para orang-orang kuat ini, pahlawan-pahlawan agung ini, melaju deras masuk ke dalam mulutMu yang penuh dengan api yang membara! Melaju, dalam arus yang tak putus-putusnya dan hilanglah mereka!

 

 

 

11.29

yathā pradīptaḿ jvalanaḿ patańgā

viśanti nāśāya samṛddha-vegāḥ

tathāiva nāśāya viśanti lokās

tavāpi vaktrāṇi samṛddha-vegāḥ


lbarat kawanan laron yang melaju cepat ke arah sebuah pelita ke api yang membara untuk mati didalamnya, begitu juga manusia-manusia ini, dengan kecepatan yang tinggi, melaju deras ke arah kematian mereka di dalam mulut-mulutMu yang membara.

11.30

lelihyase grasamānaḥ samantāl

lokān samagrān vādān air jvaladbhiḥ

tejobhir āpūrya jagat samagraḿ

bhāsas tavogrāḥ pratapanti viṣṇo

Pada setiap sisi, dengan mulut-mulutMu yang mebara dan menakutkan, Dikau menjilat loka~loka ini, melahap semuanya. CahayaMu yang terang benderang, oh Vishnu, masih mengisi bumi ini dari ujung ke ujung: terbakarlah alam semesta ini!

Penjelasan: Berputar-putar dengan roda Sang Waktu, para pendekar dan pahlawan dunia’ ini pun terjepit diantara gigi-gigiNya, yaitu perumpamaan dari Hukum Karma. Semua jajaran Kaurawa dan Pandawa melaju dengan kencang ke arah Nya tanpa daya. Seperti sungai-sungai yang penuh air-bah yang melimpah mengalir deras ke arah lautan-lepas tanpa kendali, maka kita semua pun tanpa daya melaju kencang ke arahNya kembali begitu kita lahir di dunia ini. Perumpamaan yang kedua adalah ibarat kawanan laron (sejenis serangga) yang selalu mengorbankan dirinya dengan menabrak api atau lampu pada malam hari, begitu pula dengan kita manusia ini yang Lanpa sadar sebenarnya sedang mengarah ke kematian kita setiap hari, setiap menit, setiap detik dan setiap saat, dan semua ini tanpa kita sadari. Yang kita “sadari” hanyalah menikmati semua kenikmatan duniawi selama mungkin, dan tidak pernah terbetik di dalam benak kita untuk apa sebenarnya kita ini lahir atau hidup, atau dilahirkan atau dihidupkan? Dan Yang Maha Esa di sini diibaratkan dengan mulut Yang Penuh dengan bara api yang membakar kita semua akhirnya. Ia menjilat dengan bara apiNya seluruh alam semesta ciptaanNya Sendiri, dan akhirnya terbakar atau musnahlah alam semesta ini dalam DiriNya sendiri. Dengan kata lain, semua yang berasal dari Dia kembali kepadaNya, tanpa kecuali.

 

 

 

 

11.31

ākhyāhi me ko bhavān ugra-rūpo

namo ‘stu te deva-vara prasīda

vijñātum icchāmi bhavāntam ādyaḿ

na hi prajānāmi tava pravṛttim


Aduh Vishnu! Beritahukanlah daku siapakah DiKau ini. Mengapa bentukMu begitu menakjubkan? Aku memujaMu: Ampuni daku, Tuhan Yang Maha Agung! Aku ingin mengetahuiMu, Yang Maha Esa! Karena Tak kuketahui akan jalan-jalanMu!

Penjelasan: Arjuna, pada saat ini ibarat telah kacau pikirannya, bukan saja ia amat takjub pada penampilan yang maha-dahsyat ini, tetapi juga sekaligus ia ketakutan dan gemetar akan kebesaran Yang Maha Kuasa yang tak ada tandinganNya ini. Ia pun bertanya-tanya bagaimana cara kerja sebenamya dari Yang Maha Kuasa menunjang kehidupan di alam semesta ini, dan ketakutanlah ia melihat para pahlawan-pahlawan nan sakti dari kedua laskar di Barata-Yudha ini, semuanya melaju deras ke mulut Sang Krishna (Sang Vishnu) yang amat menakutkan ini. Bukan saja mereka yang bersifat iblis, tetapi mereka yang dianggap baik pun melaju deras ke arah kematian. Segera ia memohon ampun kepadaNya karena gentarnya menghadapi Yang Maha Esa dalam bentukNya yang sukar dimengerti ini. Bukankah kita manusia ini sering sesekali ingin melihat bentuk Yang Maha Kuasa, tetapi siapakah sebenarnya di dunia ini yang mampu melihatNya? Baru sebagian kecil dari bentukNya saja sudah menyeramkan, apa lagi bentukNya yang maha tak terbatas. Arjuna sendiri yang disebut pahlawan utama saja tidak mampu menahan gentarnya, apa lagi kita manusia awam.

Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan, terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita, agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi.

Arjuna yang gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu disekujur raganya. jatuh berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini? Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang Krishna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang dilanda rasa Lakjub yang luar biasa ini.

 

 

 

 

Bersabdalah Yang Maha Esa:

 11.32

śrī-bhagavān uvāca

kālo ‘smi loka-kṣaya-kṛt pravṛddho

lokān samāhartum iha pravṛttaḥ

ṛte ‘pi tvāḿ na bhaviṣyanti sarve

ye ‘vasthitāḥ pratyanīkeṣu yodhāḥ

Aku adalah Sang Waktu, yang menghancurkan dunia ini! Sang Waktu Yang menumpas. saatnya telah tiba kini, dan matang bagi hancurnya para laskar ini: walau pun engkau lari. semua ini akan tetap binasa.

Penjelasan: Sang Krishna adalah Sang Kala (Waktu), Sang Waktu yang mematikan para laskar, pendekar dan pahlawan di Kuruksetra. Di alamNya Sang Krishna tak ada waktu, atau kondisi-kondisi yang terikat pada waktu. Tetapi di dunia ini terciptalah waktu, yang sebenarnya adalah hasil ilusi manusia itu sendiri, seperti pagi dan malam, hari-hari, dan jam-jam, bulan-bulan dan tahun-tahun dan lain sebagainya, sehingga manusia itu sendiri terjebak di dalam waktu yang menjadi hasil karyanya sendiri. Sehingga semuanya oleh manusia diukur dengan waktu, baik itu pekerjaan maupun itu usia seseorang. Akibatnya manusia itu selalu berpacu dengan sang waktu, sehingga terciptalah juga kondisi-kondisi seperti waktu-kelahiran dan waktu-kematian. Kalau saja manusia tidak terikat pada waktu maka kita pun tak akan terikat kepada dunia ini dan segala ekses-eksesnya dan segala aspek-aspeknya seperti mati, lahir, hidup, dan lain sebagainya. Apakah sebenarnya yang kita cari di dunia ini, mengapa manusia selalu terburu-buru berpacu dengan sang waktu, seakan-akan semua akan menjadi berlarut-larut?

Padahal semua ini hanyalah ilusiNya saja. Kita seharusnya sadar bahwa Sang Waktu Yang Sejati adalah Yang Maha Esa, Ia lah Yang Maha Tahu bila seseorang atau mahluk harus lahir dan harus mati, dan bila ia (seseorang) harus bekerja dan berfungsi semestinya seperti yang telah Ia atur.

11.33

tasmāt tvām uttiṣṭha yaśo labhasva

jitvā śatrūn bhuńkṣva rājyaḿ samṛddham

mayā ivaite nihatāḥ pūrvam eva

nimitta-mātraḿ bhava savya-sācin

Bangkitlah dikau, ayo! Dapatkanlah yang sudah diketahui! Berperanglah dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya! Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Keshatriya!

Penjelasan: Arjuna boleh lari dari kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang pahlawan dan kesatria dan ingkar dari kewajibannya. tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja. benindak atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang menetukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini.

0m Tat Sat.

11.34

droṇaḿ ca bhīṣmaḿ ca jayadrathaḿ ca

karṇaḿ tathānyān api yodha-vīrān

mayā hatāḿs tvaḿ jahi mā vyathiṣṭhā

yudhyasva jetāsi raṇe sapatnān

Menyeranglah dikau terhadp Drona! Dan seranglah Bhisma! Juga Karna, dan Jayadratha ‘semua pahlawan di sini. Ketahuilah sudah Kuputuskan mereka binasa! Janganlah gentar! Berperanglah dikau dan tumpaslah yang telah tertumpas ini!

Penjelasan: Arjuna hanya diminta untuk menjadi alat atau instrumen Sang Maha Kuasa saja, karena kematian semuanya di Kurukshetra telah ditakdirkanNya sesuai dengan kehendakNya semata. Yang penting bagi Arjuna (dan kita tentunya) adalah usaha atau perjuangan yang ‘simbolis’ saja. Seyogyanya kita pun berperang terhadap hawa-nafsu dan angkara-murka yang meraja-lela di sekitar kita, dan kita pasti akan berhasil selama kita bekerja demi dharma-bhakti kita terhadapNya semata. Serahkan semua hasil atau buah dari setiap tindakan ini kepadaNya untuk ditentukan sesuai dengan keinginanNya, karena Ia juga Yang Maha Menentukan semuanya ini, kita hanya bertindak sebagai alat-alatNya saja.

Berkatalah Sanjaya:

11.35

sañjaya uvāca

etac chrutvā vacanaḿ keśavasya

kṛtāñjalir vepamānaḥ kirītī

namaskṛtvā bhūya evāha kṛṣṇaḿ

sa-gadgadaḿ bhīta-bhītaḥ praṇamya

Setelah mendengar kata-kata ini dari Sang Krishna, Arjuna sambil mengatubkan kedua tangannya, dalam keadaan gemetar, membungkukkan badannya untuk bersujud. Penuh rasa gentar dan bersuara sengau, Arjuna sekali lagi menyapa Sang Krishna.

 

Berkatalah Arjuna:

11.36

Arjuna uvāca

sthāne hṛṣīkeśa tava prakīrtyā

jagat prahṛṣyaty anurajyate ca

rakṣāḿsi bhītāni diśo dravanti

sarve namasyanti ca siddha-sańghāḥ

Oh Krishna! Benar-benar dunia ini berbahagia menyaksikan kekuasaanMu yang tanpa Batas, dan memujaMu! Para raksasa yang ketakutan akan bentukMu lari tunggang-langgang, dan para Siddha bersujud kepadaMu.

11.37

kasmāc ca te na nameran mahātman

garīyase brahmaṇo ‘py ādi-kartre

ananta deveśa jagan-nivāsa

tvām akṣaraḿ sad-asat tat paraḿ yat

 

Bagaimana mungkin mereka tak menghormatiMu, Tuhan! Oh Dikau Yang Agung dan Esa! Dibandingkan dengan Sang Brahma yang agung dan pencipta pertama, Dikau lah Yang Maha Agung! Dikau Tuhan para dewa! Yang Maha Pasti! Ada -dan Tiada, Yang berbentuk Mahluk dan Yang bukan Berbentuk mahluk. dan Yang lebih lagi dari keduanya ini ltu Yang Maha Gaib Yang Maha Esa!

11.38

tvām ādi-devaḥ puruṣaḥ purāṇas

tvām asya viśvasya paraḿ nidhānam

vettāsi vedyaḿ ca paraḿ ca dhāma

tvayā tataḿ viśvam ananta-rūpa

 Dikau adalah di atas para dewa. Dikaulah Manusia Abadi. Di dalamMu alam semesta terjamin kelestariannya! Yang Mengetahui dan Yang Diketahui -dua dalam satu adalah Dikau! Tujuan Yang Agung dan Suci, semuanya ada di dalamMu!

11.39

vāyur yamo ‘gnir varuṇaḥ śaśāńkaḥ

prajāpatis tvaḿ prapitāmahaś ca

namo namas te ‘stu sahasra-kṛtvaḥ

punaś ca bhūyo ‘pi namo namas te

Oh, Dikau adalah Sang Vayu (Sang Bayu)! Dan Dikau adalah Yama (Kematian)! Agni (Api) dan Dikau adalah Sang Ombak! Dan Dikau adalah Sang Rembulan! Prajapati adalah Dikau. Bapak dari semuanya! Seribu kali aku berseru memujaMu!

11.40

namaḥ purastād atha pṛṣṭhatas te

namo ‘stu te sarvata eva sarva

ananta-vīryāmita-vikramas tvaḿ

sarvaḿ samāpnoṣi tato ‘si sarvaḥ

Seru puja kepadaMu dari depan dan belakang! Dan seru puja di setiap sisi! Oh Semua! Dengan kekuatanMu, Oh Yang Tanpa Batas! Sendiri, Dikau mengelilingi semuanya. Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!

Penjelasan: Begitu kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah IA bersenandung, memuja Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar jiwa raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna (di sloka sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih, hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa kuasa yang terang datang bersujud di hadapanNya. Memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa henti-hentinya.

Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga Yang memelihara alam semesta ini. dan bukankah semua yang bergerak dan yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga? Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat (yang tidak abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga terbentuk fenomena-fenomena alam sperti angin, hujan, kematian, api, rembulan. dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya, Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, “Dikaulah SemuaNya, Oh SemuaNya.”

11.41

sakheti matvā prasabhaḿ yad uktaḿ

he kṛṣṇa he yādava he sakheti

ajānatā mahīmānaḿ tavedaḿ

mayā pramādāt praṇayena vāpi

Sering aku berbicara kepadaMu secara gegabah, dan kupikir Dikau sebagai ‘teman’ dan tak kusadari akan kebesaranMu ini, dan kupanggil Dikau ‘Krishna,’ ‘Pangeran’ atau Sahabat!

11.42

yac cāvahāsārtham asat-kṛto ‘si

vihāra-śayyāsana-bhojaneṣu

eko ‘tha vāpy acyuta tat-samakṣaḿ

tat kṣāmaye tvām aham aprameyam

Karena sayang dan juga karena ingin bercanda denganMu, sering kuberbuat salah terhadapMu, pada saat-saat kita sedang berbaring, duduk, bersantap atau sedang berduaan, atau sedang dengan yang l ain-lainnya! Oh Yang Tak Berdosa, untuk ini (semua) kumohon kepadaMu! Maafkan! Maafkan kesalahan-kesalahan ku, Yang Maha Abadi!

Penjelasan: Arjuna yang baru sadar bahwa Sang Krishna yang selama ini dianggapnya teman bercanda (hubungan keduanya amat akrab) di bumi ini, ternyata adalah penjelmaan Yang Maha Esa, dan karena takut dan takjubnya, langsung secara amat spontan dan jantan ia pun meminta dimaafkan semua kesalahan~ kesalahannya. Bukankah sering sekali hal-hal yang serupa kita alami juga. Kita sering memuja Yang Maha Esa dengan harapan Ia akan datang menolong kita dari penderitaan yang kita alami. Sebenarnya setiap saat Ia hadir dan menolong kita, tetapi dalam bentuk orang lain, atau mahluk lain bahkan dalam bentuk sesuatu kejadian, yang tidak kita sadarai, dan sering sekali kita mencemohkan atau mengacukan semua ini. Kita sering lupa akan Dia karena kehidupan kita sehari hari hanya diperhitungkan secara duniawi dan berdasarkan yang ilmiah~ ilmiah saja, bahkan yang kita anggap rasional saja. Lupa kita akan kehidupan dan kemukzizatan spiritual. ke-gaiban-Nya yang maha tak terkirakan atau tarpikirkan itu. Semua sering sekali kita anggap suatu kebetulan belaka. di dunia ini tiada sesuatu pun yang serba kebetulan. semuanya secara spiritual sudah terencana dan terkordinir dengan baik, sampai ke hal-hal yang sekecilnya, ini harus dicamkan oleh kita semuanya. Kalau sadar akan hal ini, maka segeralah memohon maaf kepadaNya, karena Ia Maha Pemaaf dan Pengasih dan Penyayang kita semuanya. 0m Tat Sat.

11.43

pitāsi lokasya carācarasya

tvām asya pūjyaś ca gurur garīyān

na tvat-samo ‘sty abhyadhikaḥ kuto ‘nyo

loka-traye ‘py apratima-prabhāva

Karena sekarang kuketahui Dikau adalah Bapak Agung dari semua yang dibawah dan semua yang di atas, dari semua loka-loka di seluruh alam semesta ini! Dikau adalah guru yang paling dikagumi dan tak tertandingi di seluruh loka-loka ini. Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang lebih agung dari kebesaranMu? Dikau lah Yang Tertinggi, Tuhan, kupuja Dikau!

11.44

tasmāt praṇamya praṇidhāya kāyaḿ

prasādaye tvām aham īśam īḍyam

piteva putrasya sakheva sakhyuḥ

priyaḥ priyāyārhasi deva soḍhum

Dengan tubuh yang membungkuk dan menunduk, aku bersujud dan memohon karuniaMu, Oh Tuhan Yang kukagumi! Tunjanglah daku, ibarat seorang ayah yang menolong putranya, ibarat seorang sahabat yang menolong sahabatnya, ibarat seorang kekasih yang menolong yang dikasihinya!

Penjelasan: Arjuna di sloka-sloka di atas menyebut Sang Krishna sebagai ‘Ayah atau Bapak semua loka-loka,’ sebagai seorang guru yang tanpa tandingannya, dan Arjuna pun memohon kepadaNya agar Sang Krishna sudi membantu, menolong dan menunjangnya ibarat seorang ayah yang menolong anak-anaknya, dan beberapa contoh-contoh alinnya seperti di atas. Dengan kata lain, sebenarnya Arjuna yang telah sadar akan KebesaranNya mohon agar sudi di kasihi dan dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa. Barang siapa sadar akan kasih-sayang Ilahi Yang Tak Ada Taranya itu, maka orang ini pastilah seseorang yang telah mendapatkan penerangan dan kebijaksanaan yang tak ada taranya. Ia betul betul telah sadar secara sejati akan Yang Maha Esa dan Segala KebesaranNya.

11.45

adṛṣṭa-pūrvaḿ hṛṣito ‘smi dṛṣṭvā

bhayena ca pravyathitaḿ mano me

tad eva me darśaya deva rūpaḿ

prasīda deveśa jagan-nivāsa

Telah kulihat ltu yang tak pernah terlihat sebelum ini bentukMu yang menakjubkan! Hatiku bahagia tetapi penuh dengan ketakutan! Oh Tuhannya tuhan-tuhan! Gunakanlah tubuh duniawiMu. agar terlihat oleh mata duniawi (ini)!

Penjelasan: Jiwa Arjuna tergetar terus melihat Kebesaran Yang Maha Kuasa ini. Yang Tanpa Batas dan tak panah terlihat oleh siapapun sebelum ini. Tetapi karna ketakutan akan WujudNya ini. ia berseru memohon agar Sang Krishna sudi kembali ke WujudNya yang semula seperti wujud manusiaNya, yaitu Sang Krishna. agar Anjuna dapat menyaksikannya lagi dengan mata manusianya tanpa merasa gentar lagi.

11.46

kirīṭinaḿ gadinaḿ cakra-hastam

icchāmi tvāḿ draṣṭum ahaḿ tathāiva

tenaiva rūpeṇa catur-bhujena

sahasra-bāho bhava viśva-mūrte

Kuharap melihatMu seperti yang dahulu,

berhiaskan mahkota. gada dan cakra di tangan,

Oh Yang Bertangan Seribu, Oh bentuk Yang Universal,

Mohon perlihatkan bentukMu sebagai Vishnu Yang Bertangan Empat!

 

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

11.47

śrī-bhagavān uvāca

mayā prasannena tavārjunedaḿ

rūpaḿ paraḿ darśitam ātma-yogāt

tejo-mayā ḿ viśvam anantam ādyaḿ

yan me tvad anyena na dṛṣṭa-pūrvam

Yah! Telah kaulihat, Arjuna!

Dengan karuniaKu dan melalui kekuatan Yoga, bentukKu yang agung dan suci,

Yang Maha Luas,

11.48

na veda-yajñādhyayānair na dānair

na ca kriyābhir na tapobhir ugraiḥ

evaḿ-rūpaḥ śakya ahaḿ nṛ-loke

draṣṭuḿ tvad anyena kuru-pravīra

Dan menakjubkan. Sangat terang-benderang, tak ada habis-habisNya, Yang utama (pertama) Yang mengisi semuanya Yang selain dikau tak pernah terlihat oleh yang lainnya sebelum ini! Penglihatan ini tak dapat terlihat oleh Veda-Veda, atau para pangeran! Atau dengan pengorbanan atau amal, atau dengan mantra-mantra, atau dengan puja-puji suci, atau dengan puasa yang berkepanjangan. Tak seorang pun di dunia ini dapat melihatnya, karena penglihatan ini hanya disimpan untuk dikau semata!

Penjelasan: Sang Krishna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya semata dan tidak diperlihatkan depada dewa-dewa atau yang lain-lainnya. Suatu Penghormatan yang luar-biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan PemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan mendapatkan Karunia ini. seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang disayangiNya.

11.49

mā te vyathā mā ca vimūḍha-bhāvo

dṛṣṭvā rūpaḿ ghoram īdṛń mamedam

vyapeta-bhīḥ prīta-manāḥ punas tvaḿ

tad eva me rūpam idaḿ prapaśya

Janganlah kalut! Janganlah dikau gentar, karena melihat bentuk yang menakutkan ini! Bebaslah dari rasa takutmu! Berbahagialah hatimu! Saksikanlah lagi bentukKu yang telah lama dikau kenal!

 

Berkatalah Sanjaya:

11.50

sañjaya uvāca

ity Arjunaḿ vāsudevas tathoktvā

svakaḿ rūpaḿ darśayām āsa bhūyaḥ

āśvāsayām āsa ca bhītam enaḿ

bhūtvā punaḥ saumya-vapur mahātmā

Setelah bersabda demikian kepada Arjuna, Sang Krishna sekali lagi kembali ke bentukNya yang semula. Yang Maha Agung, setelah kembali ke bentuk yang lembut, menghibur Arjuna yang sedang ketakutan.

 

 

Berkatalah Arjuna:

11.51

Arjuna uvāca

dṛṣṭvedaḿ mānuṣaḿ rūpaḿ

tava saumyaḿ janārdana

idānīm asmi saḿvṛttaḥ

sa-cetāḥ prakṛtiḿ gataḥ

Sekali lagi kulihat bentuk manusiaMu yang lembut, oh Krishna, dan jiwaku berubah tenang. Aku kembali ke sifatku yang semula.

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

11.52

śrī-bhagavān uvāca

su-durdarśam idaḿ rūpaḿ

dṛṣṭavān asi yan mama

devā apy asya rūpasya

nityaḿ darśana-kāńkṣiṇaḥ

Sukar sekali untuk melihat bentukKu yang telah kau saksikan ini (bentuk Sang Vishnu bertangan empat). Bahkan para dewa mendambakan sekali melihatKu dalam bentuk ini.

Penjelasan: Mulailah hilang rasa takut dan gentar sang Arjuna, setelah melihat vujud lembut Yang Maha Pengasih. Yang dimaksud dengan wujud lembut Sang Krishna adalah wujudNya sebagai manusia. Di versi lain Bhagavat Gita yang diterjemahkan oleh pengarang-pengarang lainnya, maka di sloka-sloka di atas diterangkan bahwa Yang Maha Esa, mengubah DiriNya dari bentukNya yang menyeramkan ke bentuk Sang Batara Vishnu yang lembut dan bertangan empat. dan langsung kemudian merubah DiriNya lagi ke bentuk lembut Sang Krishna. Walau pun oleh penterjemah buku ini TL Vaswani tidak disebutkan secara jelas hal di atas ini, tetapi sudah terang maksudnya demikian, karena pada sloka sloka di bawah ini ada hubungannya dengan bentuk Sang Vishnu tersebut.

11.53

nāhaḿ vedair na tapasā

na dānena na cejyayā

śakya evaḿ-vidho draṣṭuḿ

dṛṣṭavān asi māḿ yathā

Tetapi tak dapat Aku terlihat dalam bentuk yang telah kau saksikan ini. walau pun dengan (mempelajari) Veda-Veda, dengan puasa. dengar pemberian-pemberian atau dengan pengorbanan-pengorbanan.

Penjelasan: Sang Krishna menegaskan sekali lagi kepada Arjuna. bahwa tidak mungkin la dapat terlihat dalam bentuk agungNya seperti yang disaksikan oleh Arjuna baru saja, walau pun seseorang menyiksa dirinya setengah-mati. atau beramal sebanyak apapun juga, atau bahkan dengan mempelajari Veda-Veda selama apapun juga. Mengapa Sang Krishna mengulang semua pemyataan ini kepada Arjuna? Karena dibalik itu tersirat suatu jalan untuk melihatNya dalam bentukNya yang mulia dan maha suci ini, dan jalan itu juga terbuka untuk kita semua. Perhatikanlah sloka sloka yang menyusul di bawah ini, karena sebenarnya yang dikehendaki oleh Yang Maha Esa dari kita semuanya ini amat sederhana sifatnya dan bukan yang sukar~sukar atau yang menyiksa diri sendiri.

11.54

bhaktyā tv ananyayā śakya

aham evaḿ-vidho ‘rjuna

jñātuḿ draṣṭuḿ ca tattvena

praveṣṭuḿ ca parantapa

Tetapi hanya dengan kesetiaan kepadaKu semata kesetiaan (dedikasi) yang tak terpecah-pecah maka Aku Akan diketahui dan terlihat dalam inti-sariKu dan bahkan dimasuki ke dalamNya, oh Arjuna!

11.55

mat-karma-kṛn mat-paramo

mad-bhaktaḥ sańga-varjitaḥ

nirvairaḥ sarva-bhūteṣu

yaḥ sa mām eti pāṇḍava

Seseorang yang bekerja untukKu, yang menjadikan DiriKu sebagai tujuan yang suci dan agung IA, pemujaKu, lepas dari keterikatan, tanpa rasa-jahat kepada sesama mahluk, IA datang kepadaKu, oh Arjuna!

Penjelasan: Jadi sebaiknya seseorang tak perlu untuk mencari-cari kekuatan-kekuatan gaib untuk dirinya agar menjadi sakti atau belpengaruh secara duniawi. Yang Maha Esa dan yang peneranganNya tidak dapat dicapai dengan kesaktian jenis apapunjuga, karena kesaktian yang sejati diberikanNya sendiri kepada mereka-mereka yang memenuhi kiteria~kriteriaNya untuk hal-hal tersebut penggunaan kesaktian-kesaktian ini umumnya harus bersifat kemanusiaan dan untuk sesamanya dan demi pengabdian kepadaNya semata. Kesaktian semacam ini umumnya timbul atau datang tanpa diminta dan merupakan karuniaNya yang khusus untuk pemuja-pemujNya yang tulus dan beriman dan tanpa-pamrih. Maka seyogyanyalah berdedikasi kepadaNya tanpa terpecah-pecah iman maupun pikiran kita, terpusat seluruhnya kepadaNya semata. dan jadikanlah Ia tujuan kita yang suci dan agung, dan cintailah, hormatilah, dan tolonglah sesama mahluk di dunia ini secara merata dan tanpa diskriminasi, karena bagaimana mungkin sesorang mencintaiNya dengan tulus kalau ia tidak mencintai atau mengasihi semua ciptaanNya di alam semesta ini secara tulus. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain, atau mengusik mahluk lainnya yang tidak berdosa maupun yang berdosa tanpa seseuatu alasan yang pasti dan dapat dipertanggung-jawabkan kepadaNya. Dengan begitu kita Akan meniti jalan ke arahNya. Jadi inti-sari ajaran-ajaran Sang Krishna adalah kalau seseorang ingin melihatNya atau ingin mencapaiNya atau dengan kata lain ingin mengetahui dan mengenal ilmu pengetahuan yang agung dan suci dan kebijaksanaan yang agung dan suci ini, maka jalannya amat sederhana. Yaitu “dedikasi dan kesetiaan yang tulus kepadaNya semata”

Benar kata Sri Shankar Acharya. Seorang guru besar Hindu di masa yang lalu, bahwa sloka 55 pada bab ini sebenarnya adalah “inti sari dari seluruh Bhagavat Gita”

Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya-sastra Yoga, dialog antara Sang Krishna dan Arjuna, bab ini adalah bab yang kesebelas yang disebut:

Vishvarupa Darshana Yoga atau Ilmu pengetahuan Tentang Penglihatan Bentuk Kosmos.